Jumat, 10 Juli 2009

TANGISAN YANG PERTAMA

Oleh:Sujono sa’id

Tanggal 21-2-1989 tangisan yang pertama saya terdengar, sebab seperti itulah setiap bayi yang lahir karena mungkin harus berhadapan dengan amanah yang harus ia jalankan ketika ia terlahir ke dunia ini. Dengan kehadiran saya semua keluarga entah dari ayah maupun ibu, nenek, dan kakek sayapun gembira atas kehadiran saya. Atas kelahiran saya maka nenek yang merupakan ibu dari ibu saya memberi saya nama Sujono sa’id.

Akhirnya suatu waktu, saya sedang disusukan oleh ibu saya dan beliau menemukan bintik putih di kedua mata saya yang ditandai dengan expresi yang selalu ingin melihat dunia membuat kedua orang tua saya terdorong memeriksakan temuan beliau kepada dokter, akhirnya sayapun saat itu dipastikan sudah dalam kondisi tunanetra. Setelah saya berusia 7 bulan, saya dibawah ke makassar untuk menjalani operasi. Sesampainya di makassar, saya seyogyanya dirujuk ke Jakarta untuk operasi.

Tetapi secara tiba-tiba, ada salah satu keluarga dari orang tua saya yang secara tiba-tiba mencegah dan mempertemukan orang tua saya dengan Dokter umar. Akhirnya keberangkatan ke Jakarta sudah siap tetapi dinyatakan batal saat itu dan operasinya hanya di makassar saja. Setelah operasi, hasilnya sedikit memuaskan karena saya sudah sempat melihat cahaya dan seisi dunia meskipun saya masih belum mengenal dunia sekeliling.

Dua tahun kemudian, saya kembali menjalani operasi lagi untuk kesempurnaan mata saya dan masih berada dibawah penanganan dokter umar. Akhirnya ketika saya sudah berusia kira-kira 8 tahun, saya menjalani operasi terakhir di makassar.

Setelah itu, orang tua saya ternyata tidak putus harapan, mereka selalu mengikutkan saya di sekolah mereka belajar dengan teman-teman yang awas, meskipun saya tidak mampu menulis dan hanya jadi pendengar saja. Karena guru tidak tahu lagi harus berlaku apa terhadap saya, maka kedua orang tua saya memperoleh saran untuk memasukkan saya ke SLB tetapi masalahnya saya yang tidak mau karena takut pisah dari mereka, pisah dari teman-teman, dan pisah dari rumah yang merupakan tempat tinggal saya. Saat itu, hari-hari saya di isi dengan lebih bannyak menangis, dimarahi, dan lebih banyak memperoleh perlakuan kasar dari ayah saya tetapi ibu saya tetap membimbing saya dengan penuh cinta kasih hari-hari saya pada masa itu dipenuhi dengan kedukaan, memang ada keceriaan tetapi sangatlah sedikit keceriaan yang terpancar di raut muka saya, ditambah lagi saat itu saya tidak punya daya dan belum mampu ber upaya.

Kita tinggalkan cerita tentang masa kecil dan sebelum saya bersekolah, saya juga ingin menceritakan tentang akibat kebutaan yang saya alami nah masalah akibat kebutaan saya, ada dua hal yang mengakibatkan dan keduanya juga menjadi hal yang controversial tetapi ternyata logis penyebab pertama kebutaan yang saya alami karena factor gen karena saya adalah anak dari hasil kawin sepupu satu kali antara papa dan mama saya.

Untuk alas an ini, ternyata setelah saya teliti meskipun temuan saya masih bersifat hipotesis, itu adalah hal yang relative. Memang ada seorang anak yang memiliki kemampuan yang berbeda dan bukan hanya dari segi fisual tetapi dari segi keterbelakangan mental, tidak sempurnanya anggota tubuh, dan lain sebagainya itu adalah factor hasil dari perkawinan sepupu tetapi banyak juga yang melakukan perkawinan sepupu yang ternyata keturunannya baik-baik saja tidak kurang sedikitpun. Alasan yang kedua adalah pengaruh obat. Memang, ketika ibu saya hamil dan mengandung saya beliau sering sakit-sakitan, sehingga sering disuntik dan minum obat.

Tidak ada komentar: