Jumat, 17 Juli 2009

Bencana tidak pandang kondisi

Oleh:Sujono sa’id

Hari ini jumat 17 Juli 2009, tepat pada pukul 7. 45 pagi, waktu Indonesia barat 2 hotel diluluh lantakkan oleh ledakan bom, dan kembali menelan korban jiwa dan ada sekitar 11 orang yang baru diketahui meninggal dunia salah satu diantaranya adalah seorang direktur sebuah perusahaan yang kemudian menghembuskan nafas terakhir pada saat ia dirawat di rumah sakit, 6 orang meninggal di lokasi kejadian perkara.
Dengan peristiwa ini, saya kembali disadarkan bahwa bencana, ajal dan lain-lain akan kita temui dimanapun dan dalam kondisi apapun, dan siapa serta apapun status yang ia sandang. Seperti itulah ternyata dalam kehidupan ini. Allah tidak membeda-bedakan hambanya sesuai dengan firmannya yang berbunyi sesungguhnya orang paling mulia adalah orang yang memiliki takwa. Begitupun dengan kematian, ketika seseorang nyawanya telah di cabut, meskipun ia adalah pejabat maka ia juga akan tidur ditanah.
Begitu juga dengan bencana yang kita hindari, tetapi ketika Allah menghendaki kita untuk terkena oleh bencana tersebut, maka kita tetap akan dilanda olehnya. Tetapi ada banyak hal yang tidak saya mengerti dengan munculnya bencana di negeri ini kalau ada yang mengatakan ini adalah sebuah ujian, tidak salah juga, karena di Indonesia juga masih banyak orang-orang yang mau mengingat Allah. Kalau kita ingin mengatakan bahwa bencana yang melanda negeri ini adalah hukuman, tentu tidak salah juga karena hukuman bagi warga Indonesia yang belum mau taat kepada Allah.
Okeylah, mungkin taat kepada allah dalam hal melaksanakan perintahnya, tetapi masih banyak penyimpangan yang dilakukannya, dan ketika mereka diberi tahu bahwa ini haram, bid’ah, musyrik, maka mereka tidak mau meng indahkan worning tersebut, sehingga wajarlah kalau kita ingin mengatakan bahwa ini adalah sebuah hukuman.
Ketika kita ingin mengatakan bahwa bencana yang melanda negeri ini adalah peringatan, maka itu juga tidak salah. Ini disebabkan karena mungkin kita sudah terlalu lalai, atau mungkin juga kita sudah terlalu larut terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, atau mungkin peringatan bagi kita yang tidak pernah akur dan selalu ber seteru ketika ada sesuatu yang ingin di bicarakan dan dengan cara yang tak ber etika.
Tetapi kesimpulannya adalah bencana yang menimpa Indonesia adalah ujian bagi yang beriman, peringatan bagi yang lalai, dan hukuman bagi pelanggar. Mengapa kesimpulannya demikian? Sebab nenurut analisa saya, di Indonesia sudah banyak orang yang melanggar seperti melakukan penyimpangan mulai dari yang berskala kecil sampai yang besar mulai dari keseringan mengkritik orang lain tetapi tidak mampu mengkritik diri sendiri, melakukan penyimpangan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam, penyimpangan dalam bentuk perampasan apa yang menjadi hak orang lain alias korupsi, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang telah sering terjadi di negeri ini.
Ujian bagi yang beriman, karena di Negara kita ini masih banyak hamba Allah yang mau melaksanakan ibadah, majelis ilmu juga masih banyak yang di galakkan, usaha da’wa juga masih sering di jalankan sungguh ini adalah ujian bagi yang beriman untuk mengetahui bagai mana mereka memberikan respon atas sebuah kondisi yang terjadi di tanah air kita apakah mereka masih akan tetap istikomah?, atau berpaling karena merasa tuhan tidak adil?, atau mereka berkeyakinan bahwa kondisi mereka akan lebih baik setelah mereka menghadapi ujian yang di ujikan kepada mereka sebagai mu’min?. Jawabannya saya rasa sangatlah sederhana kita hanya bisa berkata wallahua’lam.

Tidak ada komentar: