Kamis, 23 Juli 2009

Peranan emosi bagi kesuksesan dan hidup kita

Oleh:Sujono sa’id

Untuk menjadi orang yang sukses, ada 3 kecerdasan yang harus dimiliki oleh seseorang yaitu kecerdasan intelektual, emosional, dan kecerdasan spiritual. Tetapi saya kira kecerdasan yang akan saya bahas pada postingan kali ini adalah kecerdasan emosional. Ada sebuah pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan emosi?.
Emosi adalah rasa atau sebuah energi yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya. Kita harus tahu bahwa emosi itu tidak ada yang negative dan tidakpula ada yang positif tetapi emosi itu bersifat netral. Tetapi dengan emosi yang netral ini kita dapat melakukan 2 tindakan yaitu tindakan yang konstruktif dengan emosi dan tindakan destruktif dengan emosi pula.
Saya akan menjelaskan seperti apa tindakan destruktif yang terjadi melalui emosi dan seperti apa pula tindakan emosi yang konstruktif itu, maka saya akan menjelaskan apa yang menjadi 5 dasar emosi seperti marah, takut, benci, cinta, dan sedih. Dari ke 5 dasar emosi ini, maka akan saya jelaskan juga langsung yang mana yang akan menghantarkan kita kepada kesuksesan, dan yang mana pula yang akan membawa kita ke dalam kegagalan, serta yang mana pula yang akan memperbaiki serta mengganggu kehidupan kita sekaligus. Saya akan memulai dengan poin yang pertama yaitu marah.
Ketika seseorang marah maka akan terjadi dua tindakan yaitu tindakan konstruktif dan tindakan yang destruktif. Yang mana contohnya saya punya pengalaman, saya sempat di ledeki oleh teman saya karena ia terlalu sinis karena melihat keadaan saya yang ternyata dengan keadaan ini akan terbuka ruang untuk menertawai saya. Merasakan kejadian ini, maka saya merasa sangat marah tetapi saya tidak ngambek kepada teman saya, tetapi saya menunjukkan ke dia bahwa saya ternyata juga mampu untuk melebihi dirinya, wal hasil, dia ternyata kagum terhadap apa yang telah menjadi keadaan saya.
Dari ilustrasi ini pula, maka dapatlah kita simpulkan bahwa dengan marah dengan tindakan yang konstruktif, maka insyaallah akan mempengaruhi kesuksesan kita sehingga cocoklah ketika seseorang mengatakan bahwa kecerdasan emosional yang membuat seseorang menjadi orang sukses, karena dengan kemarahannya, ia mampu meng updet kecerdasan intelektualnya melalui sebuah motifasi yang tercipta dalam dirinya.
Saya akan berikan contoh lagi semisal seorang siswa, dimarahi oleh gurunya di sekolah, disebabkan oleh karena ia terlalu bodoh di kelas, tetapi karena ia menjadikan kemarahan dari seorang gurunya itu sebagai sebuah cambuk, maka ia langsung menjadikan hal itu sebagai sebuah motivasi untuk meng apgret dirinya lebih baik.
Dampak dari marah dengan tindakan yang konstruktif bagi kehidupan adalah, akan selalu tumbuh semangat dalam diri kita untuk menjaga, dan mempertahankan kualitas diri kita. Sedangkan marah dengan tindakan yang destruktif akan memberi dampak buruk juga bagi berlangsungnya kehidupan kita. Saya lagi-lagi akan memberikan sebuah contoh suatu waktu ada seseorang yang berkelahi dengan temannya, tarulah ia adalah si x, si x ini memberikan perlakuan kekerasan terhadap y musuhnya. Tetapi si y ini tidak melawan, akhirnya si x ini merasa bahwa ia sudah menang, tetapi pada akhirnya, si y ini melaporkan si x ke polisi dan si x ini ditangkap. Dari ilustrasi ini, maka saya akan menyimpulkan bahwa marah dan di expresikan dengan tindakan yang destruktif, akan membahayakan kita dalam berlangsungnya kehidupan dalam keluarga, dan masyarakat.

Takut, dengan ketakutan yang kita rasakan maka tentu juga dapat direspon dengan cara yang konstruktif contohnya ketika seseorang dalam keadaan panic, dalam kepanikannya ia secara tidak sadar ia mampu melakukan sebuah tindakan yang orang lain tidak mampu lakukan. Contohnya adalah ketika terjadi sebuah kebakaran, dalam sebuah rumah, saat kebakaran tersebut berlangsung, si penghuni rumah melompati dinding rumah yang begitu tinggi, dan akhirnya iapun berhasil menyelamatkan dirinya.
Begitupun dengan takut dengan direspon sebuah tindakan yang destruktif maka orang yang takut ini akan menjadi panic dank arena ia terlalu konsen pada kecemasan yang menimpa dirinya, maka apa yangmenjadi hajatnya terkadang gagal. Saya akan memberikan sebuah contoh, seseorang yang akan mengikuti debat bahasa inggris, dalam debat ini kita harus menunjukkan fakta bukan hanya reverensi yang diambil dari Koran atau buku-buku, tetapi harus fakta yang ditemukan melalui sebuah riset.
Sebelum tampil di meja debat, ia sudah siap dengan reverensi-reverensinya, tetapi ketika ia berhadapan dengan team lawan maka ia gugup dan tidak mampu memaparkan faktanya secara autentik serta meyakinkan lawan serta juri, akhirnya iapun kalah dalam debat tersebut karena ia sangat tegang ketika berhadapan dengan lawannya.
Bagaimana dengan ketakutan yang di expresikan dengan tindakan yang konstruktif dan destruktif dalam kehidupan kita?, tentu saja tindakan konstruktif yang kita lakukan ketika dalam keadaan takut, maka kita akan menjadi orang sukses tetapi dalam tanda kutip takut dengan takut yang termanage, contohnya ketika seseorang yang mengikuti ujian smester, karena ia takut tinggal kelas, maka ia belajar dengan giat.
Sedangkan ketakutan yang di expresikan dengan tindakan yang destruktif, maka kita dalam kehidupan ini tidak akan memperoleh kesuksesan atau paling tidak kita akan memperoleh kesuksesan kita dengan cara yang terlambat, karena orang yang seperti ini lebih banyak ber fakir sebelum bertindak padahal sudah ada ruang di depan matanya.
Saya akan memberikan contoh, suatu waktu ada sebuah lomba mengarang, sementara itu ada 2 orang yang di suruh untuk ikut seleksi di tingkat sekolah tarulah orang yang pertama adalah si Jono dan yang ke dua adalah si Arif. Jono ketika di suruh menyusun karya malah berfikir 2 kali sedangkan si arif ketika 3 hari sebelum hari seleksi sudah berhasil menyelesaikan karangannya padahal ia selama ini belum pernah sekalipun melakukan proses yaitu proses mengarang, dan akhirnya ia lolos dalam seleksi tersebut.
Saat mengikuti lomba, ternyata si Arif menjadi the first winner dan akhirnya ia di utus untuk menjadi peserta lomba di tingkat nasional, dan kemudian ia kembali menjadi the first winner, sungguh dari ilustrasi ini maka kita dapat simpulkan bahwa ketika ketakutan di expresikan dengan tindakan yang destruktif maka kita tidak akan memiliki keberanian untuk mencoba karena kita selalu mengatakan “jangan-jangan jangan-jangan, dan jangan-jangan” kata inilah selalu diucapkan oleh orang-orang yang meng expresikan ketakutannya dengan tindakan yang destruktif, sehingga akan mengganggu hidupnya.
Benci, ketika kita meng expresikan kebencian kita dengan tindakan yang konstruktif, maka kita akan menjadi manusia-manusia yang berkualitas contohnya seperti say no to lezy, and say yes to diligen. Dengan slogan ini, maka kita akan selalu memperoleh kualitas hidup yang akan lebih baik. Tetapi ketika kita meng expresikan kebencian kita dengan cara yang destruktif, maka kita akan menjadi orang yang akan dijauhi oleh teman-teman kita, atau sahabat-sahabat kita dan kita akan menjadi manusia terasing di tempat dimana kita bermukim dan tempat dimana kita menjalani kehidupan.

Cinta, kita adalah makhluk social. Ketika kita tahu bahwa diri kita adalah makhluk social, maka kita akan menyadari bahwa cinta kasih itu adalah hal yang sangat penting dalam diri kita. Oleh karena itu, ketika kita meng expresikan cinta itu secara destruktif, maka kita akan menjadi orang yang paling celaka, karena kita telah menyalakan arti cinta secara terminology dan dengan cara yang destruktif inilah yang banyak melahirkan budaya yang sangat ber bahaya yaitu sex bebas.
Yang terakhir adalah kesedihan, ketika kesedihan itu di expresikan dengan cara yang destruktif, maka kita akan menjadi orang yang tidak memiliki harapan untuk hidup, tetapi ketika ke sedihan itu di expresikan dengan tindakan yang konstruktif, maka insya allah kita akan menjadi manusia yang pekah terhadap penderitaan orang lain.
Saya kira inilah tulisan yang saya sempat buat untuk blog yang sangat saya cintai ini, saya sadar bahwa saya bukanlah seorang pakar kecerdasan, tetapi saya banyak belajar kepada para pakar kecerdasan yang sering saya temui meskipun tidak dengan bertemu secara fisik tetapi melalui media seperti radio, TV, dan internet as the leding sorce.

Tidak ada komentar: