Jumat, 10 Juli 2009

KETUNANETRAAN BUKANLAH PENGHALANG UNTUK MAJU

Oleh: Sujono Sa’id

Seorang anak yang terlahir ke dunia ini kemudian mengalami ketunanetraan bukanlah sebuah penyakit, apalagi kedua orang tua anak tersebut sudah berusaha untuk membuat mata anak tersebut melihat dengan cara berobat ke Dokter, Dukun, dan melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya melihat tetapi sudah tidak bisa melihat lagi.

Lantas kebutaan seorang anak tersebut akan di anggap sebagai apa? Maka kebutaan tersebut sudah tak bisa kita hindari, jadi kita anggap saja kebutaan tersebut sebagai cobaan dari sang pencipta. Lantas dengan adanya kebutaan yang menjadi cobaan bagi si anak dan orang tuanya apakah mereka harus putus asa?, apakah mereka harus bersedih hati?, dan apakah mereka harus berkecil hati?, kalau kita ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka jawabannya hanya satu yaitu tidak.

Kalau mereka tidak harus berputus asa, bersedih hati, berkecil hati, lantas mereka harus bagaimana? Mereka harus menerima kebutaan tersebut sebagai takdir dari Sang pencipta dengan penuh tawakkal dan ikhtiar, maksudnya adalah mereka tidak seharusnya bersedih hati, berputus asa, dan berkecil hati, tetapi harus berusaha dan berdoa.

Usaha yang harus mereka lakukan adalah bagi orang tua si anak, harus menyekolahkan anaknya di SLB dari SD sampai SMP, dan boleh mengintegrasikan anaknya di SMA dan bagi si anak, maka harus belajar dengan tekun. Oleh karena itu, bagi kaum tunanetra, ketunanetraan bukanlah suatu penyakit melainkan merupakan suatu cobaan. Hal itu juga sangat dirasakan oleh penulis dan kedua orang tua penulis ketika penulis di lahirkan penulis dilahirkan sebagai bayi sehat, ketika penulis disusui oleh ibunya, ibunya menemukan bintik putih dan di periksakanlah temuan tersebut ke Dokter, hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa saya( penulis ) sudah dalam keadaan buta, mendengar hal itu orangtua saya langsung putus asa, namun saya tetap dirawat dengan penuh kasih.

Setelah penulis beranjak masa kanak-kanak, Ayah penulis selalu marah-marah seakan-akan tidak mau menerima kenyataan yang teramat pahit tetapi ibu penulis selalu dengan sabar membimbing penulis sehingga yang dahulunya penulis adalah orang yang tidak berguna, menjadi orang yang selalu dipandang baik di mata masyarakat.

Bagi para tunanetra, ketunanetraan bukanlah penghalang untuk maju, jika seorang tunanetra mempunyai bakat, maka mereka harus menyalurkan bakat mereka. Meskipun kaum Tunanetra sudah berada dalam kegelapan, tetapi mereka juga bisa melakukan hal-hal tertentu yang juga bisa dilakukan oleh orang yang memiliki mata yang normal(orang awas) kalau orang yang masih memiliki penglihatan yang baik(orang awas) bisa bersekolah, maka tunannetrapun juga bisa bersekolah,meskipun harus bersekolah di SLB tetapi setelah itu mereka juga bisa bersekolah di SMA bersama dengan orang awas atau orang normal meskipun mereka harus mengandalkan teman-temannya untuk mengerjakan tugas dan meskipun mereka juga harus memperoleh perlakuan khusus dari gurunya ketika mereka mengikuti ujian Smester.

Terkadang kaum tunanetra dipandang baik apakah dimata keluarganya ataupun di mata masyarakat ketika mereka mempunyai kelebihan tertentu tetapi ketika kaum tunanetra tidak memiliki kelebihan tertentu akibatnya sangat menyedihkan sebab akan dipanddang oleh masyarakat sebagai kaum yang menambah beban keluarga dan masyarakat(parompa-rompai) bahkan tidak diakui oleh keluarganya.

Contohnya semisal ada seorang Tunanetra yang mempunyai kelebihan bisa membaca Al-quran secara tartil(tadarus tilawa)pada saat belum pernah mendapat gelar juara, tak ada satupun dari keluarganya yang mengakuinya sebagai bagian dari keluarganya, padahal jelaslah bahwa memang dia adalah bagian dari keluarga beliau. Hal inilah yang menimpah seorang tunanetra sebut saja Abdul aziz, dia adalah seorang tunanetra yang dikenal sebagai seorang kori sebelum Abdul aziz sering memperoleh gelar juara dia tidak memperoleh pengakuan dari keluarganya padahal dia adalah bagian dari keluarga seorang bupati di salah satu kabupaten di Sulawesi tenga(sulteng). Berdasarkan fakta dan sebuah literature tentang ketunanetraan yang penulis baca, bahwa tunanetra terkadang hanya memperoleh apresiasi jika hadir dalam acara resmi(ceremony) atau apabila mereka menjadi pelaku dari acara tersebut, tetapi mereka tidak mengerti bahwa kaum tunanetra juga memiliki kesamaan hak dengan mereka dengan izin Allah melalui Pertuni( persatuan tunanetra Indonesia) sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak kaum tunanetra dan menyuarakan bahwa kaum tunanetra juga mempunyai hak yang sama dengan mereka, tunanetra juga membutuhkan pendidikan, tunanetra juga membutuhkan persamaan hak dimata hukum.

Selain menyuarakan hak-hak yang dimiliki oleh kaum tunanetra, Pertuni juga telah merubah statemen yang miring tentang tunanetra, alhamdulillah atas berkat dan rahmat Allah yang maha kuasa, melalui Pertuni semua pemikiran miring tentang tunanetra sudah dikikis sedikit demi sedikit.

Ada faham masyarakat yang sangat jelek banyak masyarakat yang menganut faham yang berbunyi apabila pagi-pagi mereka akan pergi untuk menyelesaikan urusan lantas mereka menemukan tunanetra, maka mereka berkeyakinan bahwa urusan mereka tidak akan selesai, sebab menurut mereka tunanetra adalah pembawa sial.

Kalau kita meninjau kembali ajaran agama Islam, maka faham-faham yang seperti ini tidaklah dibenarkan karena dalam agama Islam hal seperti ini disebut dengan istilah khurafat. Hak kaum tunanetra dan statemen miring tentang kaum tunanetra disuarakan setiap Pertuni mempunyai momen

Selain Pertuni sebagai organisasi yang membantu tunanetra untuk memperjuangkan hak-haknya masih ada organisasi lain yang membantu kaum Tunanetra untuk memperjuangkan haknya yaitu Forum adfokasi penyandang cacat( faham penca), dengan izin Allah melalui kedua organisasi tersevut sebagai perantara, alhamdulillah kaum tunanetra sudah sedikit bisa bernafas legah sebab perjuangan mereka sudah berhasil.

Alhamdulillah dengan izin Allah, melalui kedua organisasi yang telah memperjuangkan kaum tunanetra akhir-akhir ini kaum tunanetra dari segi pendidikan, mereka sudah bisa melanjutkan pendidikannya ke Sekolah menengah atas( SMA) baik di Sekolah negeri maupun di Sekolah swasta dengan catatan mereka sudah mematuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, meskipun demikian, masih pernah ada seorang tunanetra yang sempat bermasalah di dunia pendidikan sebab tertolak disebabkan hanya karena dia adalah tunanetra sebut saja M. Rais yang pada saat itu dia ingin mendaftarkan dirinya di SMA Muhammadiah 7 Rappokalling, ketika baru saja sampai di meja panitia pendaftaran M. Rais mendapatkan kata-kata yang amatlah menyedihkan dan juga amatlah menjengkelkan kata-kata tersebut berbunyi “ini bukan sekolahmu”.

Tetapi dari segi pendidikan sudah ada tunanetra yang berhasil menyelesaikan pendidikan dari SD sampai ke jenjang perguruan tinggi sudah ada yang berhasil memperoleh gelar Master setelah menyelesaikan pendidikan dengan melewati jenjang Strata2, dan sekarang ini sedang mengikuti pendidikan jenjang Strata3 untuk memperoleh gelar Doktor,sudah ada juga tunanetra yang telah memperoleh Gelar Doktor setelah menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata3 di Universitas hasanuddin Jurusan komunikasi, sebut saja beliau adalah Doktor Mansyur semma, kaum tunanetra telah banyak yang berhasil menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas (SMA) antara lain yaitu M. Rais dari SMA Datuk ribandang, M. Husni dari SMA Negeri 6 Makassar,M. Arifin dari SMA negeri 6, Masdin dari SMA Datuk ribandang, dan masih banyak tunanetra yang telah menyelesaikan pendidikan mereka di berbagai SMA Negeri dan swasta. Adapun kaum tunanetra yang masih menjalani pendidikan di berbagai SMA negeri dan swasta antara lain Kasmir Padallingan, sedang menjalani pendidikan di SMU Datuk ribandang, begitupun dengan penulis sendiri sedang menjalani pendidikan di SMA Datuk ribandang dan M. Fadli Ismail sedang menjalani pendidikan di SMU negeri 16.

Kaum tunanetra juga sudah banyak yang telah menyelesaikan pendidikan melalui jenjang Strata 1, antara lain Detrandus Arman habib pada fakultas tarbia Universitas Muhammadiah makassar, Yehezkiel parudani SPd Jurusan Bahasa Ingris. Adapun kaum tunanetra yang masih menjalani pendidikan jenjang strata1 antara lain Hamzah yang sekarang masih menjalani pendidikan pada jenjang strata1 pada jurusan bahasa Ingris di Universitas Negeri Makassar, M. Arifin yang sedang menjalani pendidikan strata1 pada jurusan sastra Ingris di Universitas Muslim Indonesia, Firman gozal sedang menjalani studi di Universitas 45 Jurusan Bahasa inggris serta M. Husni sedang menjalani studi di Univeersitas Negeri Makassar Jurusan PLB.

Alhamdulillah sudah ada beberapa universitas yang telah memberikan kesempatan kepada kaum tunanetra untuk mengikuti perkuliahan antara lain Universitas negeri Makassar(UNM), Universitas Muslim Indonesia(umi), Universitas hasanuddin(Unhas), dan Universitas 45.

Dari segi penggunaan teknologi alhamdulillah kaum tunanetra sudah tak ketinggalan lagi khususnya tunanetra di Sulsel, kaum tunanetra sulsel yang dahulu tahu computer hanya dari mulut ke mulut, tetapi sekarang kaum tunanetra khususnya warga Pertuni Sulsel mengenal computer bukan lagi dari mulut kemulut, semua ini adalah hasil perjuangan seorang tunanetra sebut saja M. Rais yang sehari-hari lebih akrab disapa Rais, rais harus belajar tentang ilmu computer di sebuah Yayasan di Jakarta ia menjalani kursus selama 6 bulan selama di Jakarta, Rais tidak menginap di rumah keluarga sebab menurut yang penulis peroleh tak satupun keluarganya yang ada di Jakarta sehingga ia harus menginap di sebuah mushallah yang berlokasi di yayasan tempat ia belajar.

Setelah 6 bulan ia menimba ilmu tentang computer, diapun kembali ke Makassar, sesampainya di Makassar, ia langsung membuka training tentang computer bicara dan akhirnya telah menghasilkan20 alumni.

Perlu penulis jelaskan bahwa komputer yang digunakan oleh kaum tunanetra adalah komputer yang digunakan oleh orang yang mempunyai penglihatan hanya kaum tunanetra harus menginstal sebuah program yang mengeluarkan suara pada speaker selain suara pada speaker, program ini telah dilengkapi dengan alat baca layar atau dikenal dengan istilah skreen reader program ini dikenal dengan nama Jaws atau Job akses wit speech. Berdasarkan apa yang penulis paparkan di atas, maka sebagai kesimpulan akhir, diharapkan agar kaum tunanetra janganlah berkecil hati karena ada saja rahasia tuhan dibalik ketunanetraan yang kita alami dan marilah kita menyambut hari-hari kita dengan penuh semangat dan berjuanglah dengan penuh kesabaran karena sabar adalah kunci sukses dan perlu kita ketahui bahwa tuhan bersama dengan orang-orang yang sabar tetapi jangan hanya sabar lantas berpangku tangan tetapi mari kita untuk selalu berikhtiar dan berserah diri kepada tuhan marilah kita jadikan kebutaan yang kita alami sebagai motifasi untuk maju dan mari kita jadikan kebutaan yang kita alami sebagai motifasi untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada tuhan

Perlu kita ketahui bahwa tuhan tidaklah menurunkan cobaan kepada hambanya apabila hambanya tidak mampu untuk menjalani cobaan tersebut dan janganlah kita jadikan ketunanetraan kita sebagai penghalang untuk maju dan selalu berjuang sebab hidup ini memerlukan perjuangan apalah arti hidup ini tanpa perjuangan dan perlu kita ingat bahwa sebagai tunanetra musuh besar kita sekarang adalah diskriminasi dari berbagai kalangan dan janganlah hanya karena ketunanetraan kita sehingga kita sudah merasa kehilangan segala-galanya.

Bagi para pembaca penulis sampaikan bahwa apabila anda menemukan orang yang mengalami kebutaan atau yang dikenal dengan istilah ketunanetraan dan orang tersebut sudah putus asa maka bantulah mereka dalam bentuk dukungan dan sampaikanlah kepada mereka bahwa orang seperti mereka juga bisa menjadi orang sukses semoga tuhan selalu melindungi kita dalam berjuang dan semoga para pembaca terketuk hatinya membantu perjuangan kami untuk melepas saudara-saudara kami dari belenggu diskriminasi dan marjinalisasi

Tidak ada komentar: