Jumat, 10 Juli 2009

ANDAI AKU SEPERTI MEREKA

Oleh:Sujono sa’id

Hari ini tepatnya pada tanggal 5(lima) Januari2009, saya sempat browsing di www.dikmenum.go.id. Di dalamnya saya menemukan berbagai aktifitas pelajar SMU yang menurut saya sangat menyenangkan, itu semua dikarenakan sebuah prestasi yang menonjol, bukan karena hasil dari sebuah kemalasan yang telah ditumbuhkan dalam diri kita masing-masing. Di situs tersebut saya telah melihat anak Indonesia yang tamasya ke luar negeri karena prestasi mereka di bidang-bidang tertentu yang telah mereka tekuni.

Saat membaca berita tentang kegiatan mereka, saya sempat berandai-andai kalau seandainya saya tidak mengalami kebutaan seperti ini, mungkin saya akan memiliki kesempatan seperti mereka, tetapi hal tersebut saya tepis dan menimbulkan fikiran bijak bahwa itulah perbedaan antara saya dengan mereka, tetapi mungkin saja seandainya saya melihat seperti mereka, saya bukannya seperti mereka tetapi lebih banyak membuang-buang waktu saya dengan melakukan hal-hal yang tidak akan memunculkan faidah.

Sehingga akhirnya saya membalik statemen saya saya akhirnya mengatakan seandainya saya melihat mungkin saya akan lebih banyak menghabiskan waktu saya membodohi orang, mengibuli orang, berhura-hura tetapi tidak menimbulkan manfaat bahkan yang timbul adalah mudharat dalam diri saya. Untunngnya saya dalam kondisi yang seperti ini sehingga saya lebih banyak berada di rumah, dan lebih banyak menghabiskan waktu saya untuk membaca berita yang bermanfaat bagi diri saya.

Untunglah saya dalam kondisi yang seperti ini, seandainya tidak mungkin saya tidak akan memperoleh kesempatan untuk meng introspeksi diri saya setiap hari, tidak punya kesempatan untuk mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu lain di berbagai media yang telah disuguhkan kepada saya di tempat tinggal saya saat ini.

Ya! Mereka yang memperoleh kesempatan untuk berprestasi dengan segudang prestasi yang mengantarkan mereka untuk mengunjungi Negara lain, adalah orang-orang yang memiliki keperibadian yang baik, dan saya yakin mereka pasti peduli dengan orang-orang yang seperti saya yang memiliki kondisi keterbatasan dari segi mata, ke tidakmampuan berbicara, dan mendengar, ketidak sempurnaan anggota tubuh, dan perbedaan-perbedaan lainnya, pastilah mereka akan hargai dan membuat mereka bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan mereka sebagai insan yang sempurna.

Mereka menjadi orang yang berprestasi, karena mungkin diri mereka, atau orang tua mereka telah memiliki future oriented, sehingga baik orang tua mereka telah membimbing mereka sejak kecil tentu bukan dengan cara yang kasar, tetapi orang tua mereka membimbing mereka dengan cara yang halus, sehingga dapat menjadi manusia-manusia yang handal dan andalan, serta mungkin telah tertanam dalam diri mereka tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan mereka sendiri.

Berdasarkan profil yang say abaca, diantara mereka ada yang cinta terhadap Matematika, karena menurut mereka matematika adalah pelajaran yang menarik dan menantang. Menurut saya, orang yang suka matematika, adalah cerminan orang-orang yang akan menuju ke gerbang kesuksesan, sebab matematika adalah ilmu pasti.

Tetapi, menurut tinjauan saya, orang yang menekuni dunia eksak, adalah orang-orang yang kaku karena mereka ber prinsip satu ditambah dengan satu sudah pasti dua dan sudah menjadi harga mati karena telah teruji kebenarannya dan itu sudah pasti berlaku sejak zaman purba sampai kita meninggalkan dunia yang panah ini. Tetapi bagi saya orang seperti ini, tidak terlalu pantas dijadikan sebagai penentu kebijakan, karena mereka adalah orang-orang yang amat kaku, mengapa saya akan memberikan ilustrasi sebagai berikut ketika seseorang ahli eksak menjadi pemerintahan dalam pemerintahannya berlaku sebuah undang-undang yang berbunyi setiap orang harus rajin shalat sesuai dengan aturan yang telah berlaku. Tetapi tiba-tiba ada orang sakit.

Lantas, si sakit shalat dalam keadaan duduk, tetapi karena sang penentu kebijakan yang ahli eksak ini adalah pemimpin yang patuh pada peraturan tertulis, sehingga dianggap hal tersebut sebagai harga mati dan tidak ada kebijak sanaan bagi yang melaksanakan meskipun dia dalam keadaan sakit, atau sudah dalam keadaan sekarat.

Tapi biarlah, ilustrasi tinggallah menjadi sebuah ilustrasi, tetapi yang terpenting adalah pada hari ini tepatnya senin tanggal 5 januari adalah hari dimana saya harus selalu menjadi orang yang lagi-lagi harus bersyukur akan nikmat Allah yang telah diberikannya kepada saya hari ini adalah dua hari terakhir dalam mengisi liburan smester, sebab pada tanggal 7, saya akan masuk sekolah lagi dan mungkin saya akan menjadi orang sibuk.

Ya!, sangat benarlah pepatah arab yang berbunyi waktu adalah pedang, yang ketika kita tidak menggunakannya maka dia akan membahayakan kita, sudah 4 hari waktu yang diberikan oleh Allah untuk saya, tetapi sudah optimalkah penggunaan yang saya lakukan, malamnya, saya kembali menuliskan buah fikiran saya untuk melengkapi catatan harian saya sebagai penulis, karena bagi saya menulis adalah hal yang terpenting, kayaknya tanpa menulis dunia serasa gelap, selain menulis adalah alat untuk transpormasi ilmu, menulis juga adalah media komunikasi dengan menggunakan pena dalam menuangkan ide atau gagasan dalam sebuah lembaran kosong dengancoretan bermakna.

Saya menulis, tidaklah sembarang menulis, sebab tulisan-tulisan yang saya buat ini, adalah media untuk mengingatkan saya akan apa yang pernah saya katakan ketika saya dalam keadaan lalai, ketika saya dalam keadaan khilaf, atau ketika saya dalam keadaan duka, kufur akan nikamatmu yarab, atau menjadi bahan refleksi setiap tahun.

Tulisan yang sering saya buat, sejak saya menulis, adalah nasihat bagi diri saya sendiri, sebab manusia yang bijak adalah manusia yang mau mengakui akan kelemahan yang ia miliki, tetapi tidak asal mengakui saja tetapi mencoba untuk melakukan perubahan dalam dirinya, sebab tidak ada yang akan melakukan perubahan selain kita.

Saya teringat akan perkataan rasulullah bahwa tidak boleh keseringan menghayal, sebab orang yang sering menghayal dan berandai-andai adalah orang yang akan menjadi teman syaitan, dan akan membuat kita tidak khusyu dalam melakukan komuni kasi kepada Allah, tetapi mari berbuat sesuatu untuk diri dan orang lain di sekitar kita.

Saya juga bisa seperti mereka yang telah menjadi orang-orang yang memperoleh segudang prestasi ketika saya belajar dengan tekun, bukan dengan memperbanyak berandai-andai, serta berpangku tangan dan pasra terhadap nasib saya dalam kehidupan.

Tidak ada komentar: