Jumat, 10 Juli 2009

ADA APA DENGAN 26 DESEMBER?

Hari ini, Sabtu 27 Desember-2008 saya sangat bersyukur, karena Allah masih memberikan nikmatnya kepada saya sehingga saya masih diberikan kemampuan untuk menulis. Tetapi, saya juga hari ini sangat merasa bersedih, karena saya kembali teringat kepada peristiwa pada tanggal 26 Desember-2004 yang berbarengan dengan peristiwa tsunami di Aceh. Saya teringat pada saat saya mengikuti pelatihan jurnalistik.
Dimana pada saat itu, saya dibentuk menjadi seorang penulis yang mampu berfikir kritis, kreatif, dan inofatif yang berakhir pada tanggal 26 desember 2004 di Aula Masjid Ta’mirul masajid Ikatan remaja Muhammadiah Kota makassar.
Saya tiba-tiba teringat kepada peristiwa tersebut pada saat saya sedang browsing di Blog Kanda Aulia saat itu, saya tiba-tiba menemukan tulisan yang berjudul 4 tahun yang lalu. Dengan sisa penglihatan yang sedikit ini, saya sempat memandangi sebuah foto ibu-ibu yang sedang berdoa yang ditampilkan pada postingan blog beliau.
Hari itu tepatnya pada tanggal 26-Desember, saya baru saja pulang dari aula Ta’mirul masajid untuk mengikuti pelatihan Jurnalis, saat browsing di blognya Kanda Aulia, saya sempat berkata dalam hati bahwa saya ternyata ber happy-happy diatas penderitaan orang lain, sebab acara pelatihan saat itu berakhir dengan suasana yang sangat meriah. Tepuk tangan menandai berakhirnya acara tersebut menggambarkan suasana bahagia di Aula Ta’mirul masajid saat itu. Setelah itu, sayapun pulang ke rumah.
Sesampainya di Asrama Yapti, saya mendengar bahwa aceh dan sumatera telah diluluh lantakkan oleh tsunami mayat-mayat bergelimpangan, puluhan rumah roboh, bahkan secara tiba-tiba ketika saya sedang jalan-jalan dib log kanda Aulia, suara seorang perempuan yang baru pulang dari Baitullah, terdengar menangis lewat radio Republik Indonesia yang saya dengar melalui radio saat berlibur di kampung pasca training.
Beliau menangis karena kehilangan anak ter cinta yang baru berusia 2 tahun rumah serta hartabendanyapun ia sudah tidak temukan lagi, sungguh ini adalah sebuah cobaan bagi ibu tersebut, belum lagi saat itu, gerakan aceh merdeka masih sedang meronta-ronta untuk memisahkan aceh dari kesatuan Republik Indonesia.
Sejak saat itu, keluarlah instruksi dari menteri agama untuk seluruh ummat islam untuk melaksanakan kunnut nazilah pada hari jumat yang kemudian dilanjutkan dengan shalat gaib untuk mendoakan para arwah korban meninggal di aceh semoga mereka mendapatkan posisi yang tertinggi serta memperoleh magfirah dari Allah atas dosa-dosa yang mereka lakukan selama mereka hidup di dunia ini. Empat tahun sudah aceh dilanda tsunami, empat tahun pula saya telah menekuni dunia tulis-menulis, kini saatnya bangkit.
Begitupun dengan tsunami, empat tahun sudah peristiwa tersebut telah berlalu, kini tinggallah menjadi bahan renungan tentang kekuasaan Allah serta menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia pada umumnya agar tidak menjadi anak bangsa yang suka melanggar perintah Allah serta gemar melaksanakan larangan-larangannya.
Aulia, seorang blogger asal aceh, saya belum pernah bertemu langsung dengan beliau, tetapi melalui tulisan-tulisan yang sering beliau posting memberi inspirasi bagi saya untuk mengatur kehidupan kea rah yang lebih baik, sehingga saya juga merasa bahwa penderitaan sang inspirator adalah penderitaan saya juga sebagai orang yang telah begitu banyak mengambil berjuta inspirasi dari beliau, semoga Allah memberikan ketabahan kepada beliau, dan orang yang beliau kasihi memperoleh tempat yang layak.

Tidak ada komentar: