Sabtu, 11 Juli 2009

Hadapi kematian dengan bekal

Oleh:Sujono sa’id

Berbicara mengenai kematian, kita disadarkan akan betapa pentingnya efisiensi waktu dalam kehidupan ini khususnya efisiensi waktu dalam merealisasikan tujuan hidup kita selaku manusia yang telah dirumuskan oleh Allah dalam surah a-zariat yang berbunyi tidaklah aku ciptakan jin dan manusia di permukaan bumi ini kecuali untuk beribadah kepadaku. Kalau kita telah melaksanakan tujuan Allah diatas, maka kita berarti telah memiliki bekal untuk menghadapi kematian yang merupakan tugas kita sebagai hamba, apalagi kita telah melaksanakan tugas kita secara optimal sesuai dengan regulasi.
Regulasi yang dimaksud adalah al-quran dan hadis nabi yang mengatur bagaimana tata cara kita melaksanakan tugas yang telah diamanahkan ini. Tugas secara umum dari Allah adalah Ibadah, sedangkan secara khusus tugas kita terbagi lagi menjadi ibadah khusus atau ritual dan ibadah umum atau ibadah non ritual. Ibadah khusus adalah Shalat puasa, dan haji. sedangkan ibadah umum adalah aktifitasyang kita lakukan every time and every our seperti menolong orang yang lagi kesusahan, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi bangsa dan agama serta bermanfaat pula bagi seluruh makhluk tuhan. Ketika kita melaksanakan ibadah khusus seperti shalat dengan baik, maka kita akan memperoleh pahala di sisi Allah yang dimaksud baik adalah menurut quran.
Olehnya itu, jika kita ingin optimal dalam melaksanakan ibadah shalat maka rajinlah kita mengikuti berbagai kajian, membaca buku dan lain-lain sebagainya, tetapi ketika kita belum bisa, maka yang terpenting adalah shalatlah dulu. Begitupun dengan ibadah non ritual jika kita melakukan dengan keikhlasan karena Allah maka kita insya allah akan dibangunkan mahligai di syurga, apatalagi kalau dilakukan sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh allah tergantung dari aktifitas yang dilakukan.
Ketika kita selaku manusia ciptaan Allah tidak melakukan tugas yang telah diperintahkan oleh Allah sesuai dengan tujuan hidup manusia dalam surah a-zzariat, maka kita sudah jelas akan memperoleh dosa, serta tidak memperoleh hasil yang di inginkan, sebab kalau kita melihat hokum alam, maka ketika kita melakukan sesuatu untuk mencapai sesuatu, maka sesuatu yang kita lakukan akan membuahkan hasil.
Saya ingin mengarahkan diri saya(penulis) dan siapa saja yang sempat membaca tulisan ini, ke dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mempunyai keinginan, tentu kita berharap dapat kita capai orang yang sudah mati-matian saja ingin mencapai apa yang menjadi keinginannya saja belum tentu bisa tercapai apalagi orang yang sudah memiliki keinginan tetapi tidak ada usaha untuk mencapainya pastilah tidak akan tercapai.
Begitulah dengan kita di dunia ini, ketika kita tidak melaksanakan semua perintah Allah yang telah diamanahkan kepada kita maka kita tidak akan memperoleh hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Satu contoh lagi yang akan saya berikan, ketika seseorang yang melakukan tindakan saja akan menghadapi resiko tetapi orang yang tidak pernah melakukan sebuah tindakan pada kondisi yang membahayakan akan memperoleh resiko pula yang ternyata lebih berbahaya dibanding dengan resiko yang ditanggung oleh orang yang menjadi pelaku akan sebuah tindakan. Begitulah dengan kita selaku hamba Allah, melakukan shalat saja kita belum tentu terhindar dari hukuman tetapi orang yang tidak melakukan shalat samasekali sudah pasti mendapatkan hukuman yaitu menjadi penduduk abadi di neraka jahannam, sungguh mereka adalah manusia yang amat merugi.

Mengapa orang yang melaksanakan perintah Allah saja belum tentu terbebas dari resiko? Ya! Mereka belum tentu terhindar dari resiko karena beberapa factor seperti tata cara yang dilakukan adalah tata cara yang keliru bahkan menyimpang dari tata cara beribadah yang telah dirumuskan oleh Allah, tetapi mereka tetap melaksanakan shalat, maka tentu mereka hanya akan di cuci di neraka lalu kemudian dipindahkan ke syurga.
Sungguh Allah adalah zat yang maha bijak, karena mau memberikan ampunan kepada setiap hamba yang mau melakukan tujuan diciptakannya sebagai hamba oleh Allah seperti yang telah dirumuskan dalam surah a-zariat tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa hamba Allah yang telah merealisasikan tujuannya diciptakan oleh Allah adalah bekal baginya dalam menyambut kematian.
Melalui tulisan ini, saya sadar bahwa seharusnya tidaklah kita terlena oleh kepentingan dunia yang hanya dirasakan sesaat tetapi akan menjatuhkan kita ke dalam neraka, dan ketika kita melakukan kesalahan, maka segeralah kita membenahi diri kita dengan melakukan taubatun nasuha, karena Allah seperti yang telah saya bahasakan diatas adalah zat yang maha bijak. Ini dapat ditemukan dalam akhir ayat-ayat ter tentu yang berbunyi “ Innallaha azizul hakim” sesungguhnya Allah maha perkasa lagi bijak sana. Ayat lain yang mendorong kita untuk bertaubat dalam ayat berikut ini.
Wasariu ila magfiratin min rabbihim yang artinya segeralah kamu memperoleh ampunan dari tuhanmu. Al-quran surah al-imran ayat 133 Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang tidak berusaha untuk meraih ampunan dari Allah ketika melakukan kesalahan sungguh ia tidak akan membawa bekal untuk menghadapi kematian., Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi maut.
Ingatlah, bahwa melalui kematian atau berakhirnya kehidupan kita di dunia ini, kita akan menemukan jati diri kita kita akan menemukan siapa diri kita sebenarnya, sehingga gunakanlah waktu luang kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kita, janganlah kita melakukan hal-hal yang sia-sia dalam kehidupan kita.
Bekal selain hasil dari bagaimana kita merealisasikan tujuan Allah menciptakan kita di dunia ini adalah memperbuat amal kebajikan seperti membangun sarana yang akan mensejahterakan ummat, mendidik anak yang shaleh yang merupakan salah satu item tujuan hidup kita sebagai hambanya, sebab ketika kita melakukan ibadah hanya ingin memperoleh syurga dari Allah, maka kita tidak akan mungkin memperolehnya.
Ketika kita melaksanakan tujuan hidup kita sesuai dengan konsep al-quran, karena kita ingin memperoleh rahmat dan magfirah dari Allah, maka tentu kita akan mendapatkan kasihnya, dan sebagai wujud dari kasih saying Allah yang kita usahakan untuk diperoleh maka kita akan mendapatkan syurga, serta kebaikan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ingatlah bahwa ketika kita meninggal ada 3 hal yang akan mengantarkan kita yaitu keluarga, harta, dan amalan perbuatan kita di atas dunia.
Harta dan keluarga, mungkin akan kembali tetapi amalanlah yang akan menemani kita di alam kubur sana, ketika kita memiliki amalan yang baik selama di dunia, maka kita akan ditemani ke dalam syurga. Namun, ketika kita memiliki amalan yang buruk, maka kita akan tersiksa dan akan mendapatkan siksa di neraka naudzu billahi min zalik.
Ketika kita memiliki anak yang sholeh dan sholeha, maka mereka juga akan menjadi asset dan bekal kita ketika kita kembali ke hadapan Allah, namun ketika kita memiliki anak yang bobrok, maka anak tersebut hanya akan membawa kita ke neraka. Usahakanlah diri kita untuk menjemput maut dalam keadaan khusnul hatimah atau baik pada akhirnya, bukan suul khatimah atau tidak baik pada akhir kehidupannya.

Tidak ada komentar: