Oleh:Sujono sa’id
Alhamdulillah, saya sudah 4 tahun di organisasi, jabatan yang saya duduki juga semakin tinggi, pengalaman organisasikupun sudah semakin banyak, tetapi bukan berarti itu sudah merupakan hal yang pas pada diri saya sebagai seorang organisatoris. Sebelumnya, saya mau cerita dulu pengalaman organisasi saya selama bersekolah sejak SMP sampai di SMU sejak kelas 1 SMP, saya aktif berorganisasi di masjid kompleks Yapti sendiri sebagai sekretaris, setelah naik kelas dua SMP, saya sudah mulai aktiv di kepanitiaan dalam berbagai kegiatan diPertuni karena kebetulan saat itu adalah muscab.
Setelah Muscab, pada tahun yang sama, saya diangkat sebagai Ketua bidang Seni dan olah raga Pertuni kota Makassar, setelah setahun kemudian, karena sebahagian warga muslim di Yapti menganggap kinerja saya kurang baik di Mushallah maka saya di berhentikan dari jabatan saya sebagai sekretaris dan kemudian saya di turunkan menjadi sekretaris bidang Tarbia di musallah tersebut, saat itu kinerja saya semakin meningkat.
Tahun 2006, saya diangkat sebagai pengurus DPD pertuni sulawesi selatan dan menjabat sebagai kepala bidang inventaris dan peralatan kantor, ternyata kinerjanya tidak optimal, pada tahun yang sama saya juga lagi-lagi diangkat sebagai anggota SDI ikatan remaja muhammadiah Tallo, pada tahun 2009 ini, akhirnya sayapun di angkat menjadi wakil sekretaris DPD persatuan Tunanetra Indonesia sulawesi selatan.
Saat-saat menjabat sebagai wakil sekretaris pertuni, saya merasa tidak terlalu kesusahan, tetapi setelah beberapa lama saya berada di zona nyaman ini, saya ternyata diperhadapkan dengan sebuah soal yang luarbiasa susahnya bagi yang tidak memiliki keinginan untuk belajar, sebab ketua pertuni sulsel tidak mengangkat seseorang sebagai pengurus ketika ia tidak memiliki kemauan untuk belajar banyak hal, sebab yang beliau cari bukan orang yang sudah pintar, bukan orang yang berpengaruh, tetapi orang-orang yang memiliki kemauan untuk belajar dan menjelajahi potensi yang dimilikinya.
Waktu awal-awal saya menjadi wakil sekretaris, saya merasa bahwa pekerjaan wakil sekretaris sangat gampang hanya ngisi jurnal, menghubungi pengurus kalau bakal ada meting, dan membuat surat resmi seperti undangan, ucapan terima kasih, nota kesepahaman dan sebagainya. Saat saya di suruh membuat surat ucapan terima kasih ke BKKI, surat tersebut saya rasa sangat gampang, tetapi meskipun saya ragu akan kemampuan saya dalam membuat surat, ternyata setelah saya tanyakan kembali ternyata surat yang saya buat sudah sampai di meja pengurus BKKI tanpa editing.
Itu adalah hal yang sangat luar biasa bagi saya, begitu juga ketika saya disuruh untuk membuat undangan acara peringatan tahun baru islam 1430 hijriah yang dibawah kordinasi sebuah kepanitiaan yang di bentuk oleh pengurus Yayasan pembinaan tunanetra Indonesia, setelah jadi, saya serahkan kepada sekretaris panitia, setelah semua undangan beredar, saya kembali menanyakan hal tersebut ternyata surat itu lagi-lagi sudah di edarkan mereka tidak membuat atau merubah sedikitpun isi redaksi undangan yang saya buat, karena menurut hasil koreksi dari team korektor sudah layak edar. saat itu saya lagi-lagi kagetnya bukan kepalang.
Eh! Tetapi setelah saya di suruh membuat M O U, saya membuat dengan konsep yang saya pakai dan saya buat sendiri, tetapi setelah saya buat, M O U itu ternyata di tolak dan harus saya perbaiki, sehingga malam ini, tanggal 26-5-2009 saat saya menuliskan curahan hati saya tentang hal ini saya kembali melakukan perombakan meskipun saya agak sedikit marah tetapi karena kemauan, dan spirit serta impianlah sehingga semua itu saya mau lakukan, mengapa? Karena awal mula saya masuk di organisasi pertuni, saya melihat beberapa pengurus yang memiliki prestasi dan dijuluki sebagai pengurus yang memiliki kwalivikasi untuk menjadi pengurus di pusat.
Apa yang saya lihat dari dia yang saya lihat dari dia adalah kemampuan dalam membuat berbagai jenis surat, tern of reverence (tor), pers rilis, dan lain-lain sebagainya sehingga saya juga memiliki keinginan untuk menjadi seperti dia, sebab ketika saya seperti dia, maka saya akan di cari-cari oleh banyak orang maupun lembaga.
Terkadang, ketika saya diperhadapkan dengan pekerjaan sesulit ini, saya langsung ber angan-angan ingin seperti orang yang saya sebutkan di atas, dia adalah kanda Yehezkiel parudani, kanda Makmurkam, kanda Hamzah yamin, dan lain sebagainya.
Tapi, saya tidak mungkin seperti kak Yehezkiel yang selain mampu membuat surat, ia juga mempunyai kelebihan dalam hal lobby dengan beberapa pejabat, sehingga dengan kontribusi beliau, urusan organisasi menjadi serba lancer, begitupun dengan urusan konsolidasi kanda yehezkiel juga mampu untuk itu, jadi kalau saya jadi sosok yang akan mengambil legazy dari kanda Yehezkiel ya paling tidak saya mampu mengkonsep, dan mampu untuk urusan konsolidasi nggak usa mampu untuk lobby.
Itulah tadi tentang vigor-vigur pertuni yang sempat saya bahas, tetapi ternyata setelah saya duduk di kelas satu di SMU4 makassar, saya bertemu lagi dengan Aulia susantri seorang aktivis organisasi yang pernah menjadi orang nomor dua alias sekretaris umum di Dewan anak Makassar periode 2005-2006, yang kemudian setelah naik di kelas dua, ia ternyata terpilih menjadi ketua osis di SMU negeri 4 Makassar.
Dari situlah, saya berfikir, mungkin selama Aulia berada di dewan anak Makassar, kinerjanya sebagai sekretaris sangat baik sehingga dia punya bekal untuk menjadi ketua Osis di SMU 4 makassar. Melihat prestasi Aulia, saya kembali teringat akan kak Yehezkiel parudani yang juga sama luar biasanya dengan Aulia susantri.
Dan ternyata selain dua nama yang saya sebutkan di atas, ternyata ada generasi baru yang sama hebatnya yaitu saudara Fadli ismail yang sekarang ini sedang menjadi atasan saya di DPD pertuni sulawesi selatan sampai akhir periode.
Saya rasa impian saya untuk bisa seperti Aulia, dan kanda Yehezkiel parudani akan tercapai ketika saya mampu dan mau untuk mencoba mewujudkan impian ini, dan inilah barang kali saatnya saya menjadi kak Yen, dan ini pulalah saatnya saya menjadi Aulia, karena saya tidak dapat seperti mereka-mereka kalau M O U saja saya tidak mau coba rubah, jadi saya rasa kalau besok harus di rubah lagi ya! Itu bukanlah masalah.
Ke esokan harinya, tepat pada tanggal 27 Mei, pukul 11 lewat, M O U sudah dibacakan kepada kanda Makmur, dari hasil penilaian kanda makmur nota kerja sama kesepahaman ini sudah di anggap layak untuk di sahkan pada rapat koordinasi pada hari Sabtu tanggal 30 Mei 2009 yang kemudian di bawa ke dua lembaga tersebut. Sehingga hari ini saya merasa sudah mewujudkan impian saya menjadi kak Yehezkiel, Aulia, Fadli ismail dan sosok orang nomor dua organisasi lainnya, semua ini karena saya mencoba untuk menjadi orang yang berkomitmen, bukan hanya menjadi tukang mimpi. Saya selalu memegang sebuah prinsip yang berhasil saya rumuskan berawal dari keseringannya saya menyia-nyiakan kepercayaan orang lain maka muncullah prinsip hidup saya yaitu ketika saya dipercaya karena bodoh, maka saya harus belajar, tetapi kalau di percaya karena cerdas berarti prestasi saya sangat di butuhkan oleh siapa saja yang membutuhkannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar