Oleh:Sujono sa’id
Tanggal 16 sore, pengurus mushallah tarbiatul ittihadul ummah ngadain pelatihan da’wa buat binaan yang baru mau belajar bicara di depan public. Pelatihan tersebut di buka pada sore hari pukul 16.00 waktu Indonesia tengah dengan jumlah peserta sekitar 13 orang dengan dua orang instruktur inti yaitu Fadli sebagai master dan saya sebagai anggota instruktur. Setelah pembukaan, Fadli selaku master langsung ngadain kontrak belajar, malam harinya saya langsung dikasi jadwal untuk membawakan materi self konvidens dengan kemampuan yang saya miliki dan ternyata cara saya membawa materi dianggap berkesan oleh sebahagian audience meskipun masih ada kekurangannyalo!.
Ke esokan harinya tepat pada jam sebelas siang, saya kembali menghendel training tersebut sebagai fasilitator yang mendampingi kanda makmur yang kebetulan disuruh bawa materi tentang teknik presentasi dan penyusunan bahan cerama. Setelah makan siang, saya kembali mendampingi peserta dengan materi praktik penyusunan materi cerama dengan metode peserta dibagi menjadi atas beberapa kelompok.
Saat itu, kesabaran saudara Fadli dan saya sebagai orang yang memiliki cita-cita jadi trainer haruslah teruji karena ketika keinginan kita sebagai fasilitator dalam training tidak singkronise dengan keinginan peserta maka peserta akan memprotes. Tetapi ternyata Fadli berhasil mengatasi masalah tersebut dengan pendekatan emosional.
Jam lima sore, Giliran kanda Bilal ngebawain materi tentang pentingnya da’wa, karena salah satu dasar yang menjadi pemikiran terselenggaranya pelatihan ini adalah alas an sebahagian binaan Yapti yang nggak mau cerama karena belum merasa pantas. Malamnya, saya dan fadli kembali mendampingi mereka dengan memberikan materi tentang menyusun konsep cerama secara autodidak lagi-lagi peserta dibagi menjadi dua kelompok saya mendampingi kelompok perempuan dan fadli mendampingi kelompok laki-laki. Saat itu karena saya merasa kelelahan, karena nggak sempat tidur siang.
Akibatnya, saya kehilangan kreativitas, tetapi semua itu kembali bisa teratasi dengan bantuan dari Fadli sebagai master of training sehingga saya kembali mampu membawakan materi dengan baik, materi yang saya bawakan dalam bentuk diskusi teknisnya adalah saya suruh mereka berdiskusi kemudian ada yang memberikan tanggapan dan hasil dari tanggapan atas mereka ditulis oleh salah satu dari mereka yang menjadi notulis saat saya menghendel mereka, ada yang ketika saya kasi kesempatan buat bicara dia nggak mampu bahkan dia mengatakan saya nggak bisa, lagi-lagi saya kembali dituntut untuk menjadi orang yang harus kembali belajar menjadi trainer.
Ada pula dari mereka yang akhirnya menyadari bahwa seperti inilah ketika kita disuruh menyusun konsep ceramah secara autodidak dan peserta tersebut mampu menghendel teman-temannya yang tadinya nggak mau bicara subhanallah, ini adalah anugerah dari Allah bagi saya yaitu berupa sebuah inspirasi dari seorang peserta training.
Ke esokan harinya hari ke tiga, pada waktu pukul 14 siang, saya nggak sempat masuk ngedampingi Fadli karena saya kecapean banget habis ngurusin sesuatu di sekolah maka saya SMS Fadli dengan isi SMS yaitu minta izinnya. Tetapi ternyata kenyataannya lain, Fadli tidak membaca SMS saya sehingga ketika peserta sudah masuk saya malah di miskol-miskol oleh peserta. Setelah saya terbangun, saya melihat ada panggilan nggak terjawab langsung saya panggil ternyata yang miskol adalah Syamsuddin salah satu peserta. Setelah itu saya telephon Fadli, setelah saya menelephon fadli barulah ia lihat SMS yang masuk di HPnya tentang pemberitahuan saya tentang ketidak masukan saya siang itu saya baru masuk pada sore harinya untuk kembali bawa materi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berda’wa dengan materi dalam bentuk teori dan Tanya jawab dengan peserta yang hadir dalam pelatihan tersebut, al-hamdulillah lumayan.
Setelah saya membawa materi, semua peserta diberi materi evaluasi tahap 1, dimana mereka di uji sampai dimana kemampuan mereka dalam menyerap materi yang diberikan, setelah itu mereka juga memperoleh materi dari kanda hamzah tentang orgensi da’wa yang membahas banyak hal. Setelah Shalat magrib, semua peserta dan saya selaku instruktur menyempatkan diri untuk makan malam karena mereka bakal masuk lagi ba’da isya dengan dua materi dan dilanjutkan dengan penutupan setelah jam sepuluh malam.
Setelah jam delapan malam, peserta kembali memperoleh evaluasi tahap dua yang kemudian menjadi evaluasi tahap akhir pada malam itu. Setelah itu, saya dan fadli kembali memberikan materi bagaimana menyusun persiapan sebelum tampil. Fadli yang menggantikan saya mendampingi perempuan, dan saya mendampingi peserta laki-laki.
Sembari mendampingi mereka, leher ini rasanya kering banget, saya sempat berkelakar oh… nggak ada konsumsi karena nggak ada panitia perempuan dalam pelatihan ini. Baru beberapa detik saya ngucapin statemen itu, salah seorang panitia masuk mushallah menghidangkan konsumsi kepada peserta pelatihan saat itu.
Setelah tugas mereka selesai, saya persilahkan mereka untuk menikmati hidangan dari panitia bersama-sama dengan saya. Setelah itu, saya mempersilahkan mereka tampil ke depan untuk mempresentasikan ceramah mereka tanpa naskah al-hamdulillah ternyata mereka semua mampu untuk melaksanakan hal ini begitupun dengan peserta perempuan.
Setelah semua selesai, saya memandu acara penutupan yang kemudian mempersilahkan ketua musallah memberikan sambutan sekaligus menutup jalannya pelatihan tersebut. Akhirnya, makasi yarab, engkau telah memberikan kesempatan kepada saya untukmenjadi seorang trainer, semoga semua itu dapatlah tercapai.
Tidak ada yang tidak mungkin ketika saya mau untuk berusaha se agresif mungkin, tetapi kalau saya tidak mempunyai usaha, maka saya nggak mungkin berhasil meskipun hanya jadi trainer di lokasi sendiri tetapi saya yakin! Kalau saya bakal jadi trainer di berbagai tempat meskipun itu membutuhkan waktu lama untuk mencapainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar