Oleh:Sujono sa’id
Kemarin, sabtu 25-7-2009, tepatnya pada pukul 12 lewat, saya menerima telephon dari mama saya, dalam pembicaraan saya dihadapkan pada beberapa pilihan. Sebenarnya, saya sudah mau kuliah di UIT, tetapi papa saya malah melarang saya untuk kuliah di sana karena dengan kalau saya kuliah disana ketika adik saya di drop out, maka saya juga akan keluar. Setelah itu saya kasi alternatip kalau saya mau kuliah di unismu, tetapi katanya adik saya saya akan mengeluarkan banyak biaya transport tasi tetapi kalau di unismu jurusan sosiologi yang saya idam-idamkan saya akan dapatkan.
Saya akhirnya mencoba menawarkan agar saya kuliah di universitas 45, tetapi eh berhitung lagi katanya mahal. Saya tunjukkan universitas 45, karena saya rasa tidak jauh-jauh amat. Tetapi malah dihitung lagi dari segi financial, mereka malah mengatakan kalau saya ngga usah kuliah tahun ini, tetapi saya malah mengatakan kalau saya sudah tidak kuliah, malah saya udah ngga’tinggal di Yapti lagi untuk beberapa tahun.
Setelah itu, saya malah merasa pusing dengan pilihan ini, saya malah mengatakan kalau orang tua saya terlalu perhitungan banget, saya aja selalu di gituin? Tetapi saya selalu meronta-ronta untuk keluar dari yang namanya belenggu di mana saya dapat berkuliah hanya Allah saja yang mampu menentukannya melalui waktu serta kondisi yang akan menjadi peluang. Saya malah mau mengatakan bahwa itulah keunggulan orang-orang yang tidak sesuai dengan akidah kita karena mereka begitu dapat peluang, langsung di sergap tidak sama dengan kita yang penuh dengan konsideran.
Saya tidak mengerti disatu sisi, mama saya selalu tidak mau mengalah, dan akhirnya selalu menyalahkan saya. Dan sayalah selalu dianggap sebagai anak yang pembangkang. Saya tahu kalau syurga di telapak kaki ibu, tetapi saya rasa saya tidaklah seperti sebuah boneka yang gampang di permainkan karena meskipun mama saya adalah orang yang patut untuk di patuhi sesuai dengan ajaran agama, tetapi kalau begitu modelnya maka akan menyiksa dirinya sendiri. Tetapi saya rasa Allah maha pengampun, dia jugalah yang paling tahu apa yang ada dalam hati saya, saya juga tahu kalau saya tidak punya maksud untuk menyakiti hati orang tua saya tapi saya kembalikan semuanya kepada Allah, karena dialah yang tahu akan segala apa yang ada di hati saya.
Terkadang, saya merasa sekarang saya sudah besar, okey kalau mama saya memberikan saran, tetapi kalau menurut saya sudah tidak bisa, maka harusnya dia ngga’ usa memaksakan kehendaknya, jangan-jangan saya nanti mengulangi tragedy yang telah pernah menimpa saya waktu saya masih SMU dulu. Inilah yang tidak dapat saya hindari, saya juga tidak mau menggunakan emosi saya dalam bertindak karena ketika saya mengandalkan emosi saya dalam bertindak, maka akan membahayakan diri saya.
Sekarang saya sudah tahu apa yang menjadi infect dari apa yang telah beliau perbuat karena saya banyak belajar dari apa yang telah menjadi peristiwa yang menurut saya sangat menyakitkan, saya merasa seharusnya mama saya juga introspeksi diridong jangan saya melulu yang introspeksi diri. Tetapi sekali lagi saya hanya mau mengatakan kalau Alla lah yang mengetahui bahwa perbuatan saya melawan orang tua saya adalah dosa atau bukan, karena saya juga ingin membahagiakan orang tua, saya juga ingin memperoleh kebahagiaan dari orang tua saya. Tetapi kalau modelnya begitu saya tidak tahu lagi apa yang harus saya perbuat. Sekarang, saya sedang memikirkan apa yang akan saya lakukan, karena sekarang kelulusan paket c masih tergolong bias , wallahua’lam.
Minggu, 26 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar