Oleh: Sujono sa’id
Hari Senin tepatnya pada tanggal 20( Duapuluh) april 2009, adalah momen bersejarah dimana saya adalah satu-satunya dari Tunanetra siswa SMU Datukribandang yang mengikuti Ujian nasional. Hari itu, saya terlambat tiba di sekolah karena saya harus menunggu pendamping yang baru tiba di Sekretariat Pertuni, sambil menunggu saya menerima telephon dari salah seorang panitia ujian yang memberitahukan kalau pengisian biodata sudah di mulai, akhirnya setelah saya menutup telephon, saya dan pendamping saya waktu itu adalah kanda Muhammad Nursyam berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah, saya langsung di jemput oleh panitia yang tadi menelephon di HP saya, dan meminta agar pendamping saya dalam hal ini adalah kak Nursam untuk tidak mendampingi saya dan biarlah pihak sekolah yang mendampingi saya pada hari itu karena itu adalah permintaan dari pengawas sekolah lain yang kebetulan ditugasi untuk mengawas di SMU Datukribandang. Akhirnya, sayapun masuk ke ruang guru yang merupakan tempat saya untuk menjalani ujian nasional beserta panitia yang mendampingi saya hari itu, di sana sudah siap beberapa team pemantau indevenden.
Selain itu, juga ada beberapa panitia local dari guru SMU Datukribandang beserta Kepsek SMU Datukribandang, beberapa pengawas dari SMU 4, dan koordinator pengawas ujian. Pada saat itu, saya merasa gemetaran ketika saya akan menjawab soal karena saya merasa bahwa saya tidak dapat menjawab soal Bahasa Indonesia dengan baik sebagai satu dari 6 mata pelajaran yang di ujikan saat itu. Setelah saya menjawab kira-kira 6 nomor, saya harus mencari kamar mandi buat buang air kecil karena saya pada saat itu mengalami tekanan psikologis, maklumlah ini baru pertama kali buat saya.
Soal demi soal saya harus analisa, sehingga tidak dibaca hanya sekali tetapi harus di baca berkali-kali bahkan, saat ujian berlangsung ternyata saya tidak menduga kalau ada wartawan dari dua media cetak yang mengambil gambar saat soal di bacakan, saya saat itu sangat merasa istimewa, selain keistimewaan itu, saya kembali depertemukan oleh Allah dengan Ibu Evi Yuliati sosok yang membantu perjuangan saya untuk menjadi perintis tunanetra pertama yang bersekolah di SMU negeri 4 Makassar.
Ketika waktu istirahat karena pada saat itu ada dua mata pelajaran yang diujikan, saya menyempatkan diri saya untuk bercaakap-cakap dengan beliau tentang banyak hal. Setelah bel tanda istirahat berbunyi, sayapun keluar dari ruangguru karena ruangguru tempat saya mengikuti ujian akan ditempati untuk ber istirahat oleh panitia ujian, pengawas, dan pemantau independent selama jam istirahat berlangsung.
Ketika saya berada di depan ruangan guru, saya langsung didekati oleh wartawan kedeua media tersebut sambil melakukan wawancara seputar pelaksanaan ujian bagi Tunanetra yang sedang menjalani ujian di sekolah umum seperti sekolah tempat saya menempu pendidikan, sambil saya di interfew teman teman sayapun melihat lihat saya ngobrol dengan teman-teman wartawan saat itu kemudian salah seorang guru yang merupakan panitia ujian mengatakan “ tauana masuki di TV” ujarnya.
Setelah beberapa menit kemudian, bel untuk masuk kembali di pukul, sayapun kembali ke ruangan guru yang merupakan tempat saya untuk menjalani ujian nasional saat itu, saya akan mengikuti ujian sosiologi. Saat ujian sosiologi, saya harus nenjawab soal sebanyak empat puluh nomor alhamdulillah, saya yakin akan jawaban saya yang saya isi di LJK tidak semuanya benar tetapi untuk ujian sosiologi saya rasa lebih 20 benar. Setelah saya mengikuti ujian sosiologi, panitia lagi-lagi kasihan terhadap panitia ujian yang mendampingi saya dalam mengisikan lembaran jawaban serta membacakan soal, karena harus di baca berkali-kali salah seorang pemantau independent mengatakan saya sangat sedih melihat kejadian seperti ini, lebih baik biarlah dia membawa pendamping sendiri seperti Pak Doktor Syaharuddin alumni pertama SMU Datukribandang. Setelah beberapa hari kemudian, kepsek SMU Datukribandang meminta agar hari-hari selanjutnya saya membawa pendamping sendiri dari asrama.
Ke esokan harinya, tepatnya pada hari Selasa, saya akan mengikuti ujian Bahasa inggris dengan dua sesi yaitu menjawab soal dalam bentuk listening dan reading test. Setibanya saya di sekolah pada hari ke dua, saya langsung dibawah ke ruangan duapuluh enam yang merupakan ruangan tempat saya melaksanakan ujian untk bergabung dengan teman-teman saya mengikuti ujian listening karena keterbatasan tape sebagai media.
Saat ujian akan di mulai, kanda Nurhaeda yang merupakan pendamping saya saat itu masuk ke ruangan duapuluh enam untuk mendampingi saya mengikuti ujian listening dengan menggunakan kaset, setelah 15 nomor soal listening selesai saya jawab, sayapun pindah ke ruangan guru untuk menyelesaikan soal sesi kedua yaitu reading test.
Sesampai di ruang guru, telah siap seorang panitia ujian yang akan membantu melingkari LJK dan kanda nurhaeda hanya mendampingi saya untuk membaca soal-soal tersebut, semua soal bahasa inggris berhasil saya jawab, saat itu Ibu Evi Yuliati juga turut kagum akan kemampuan saya dalam berbahasa inggris meskipun saya merasa masih sangatlah terbatas dalam hal tersebut, tetapi ketika itu ia kembali memutar memori saya ke masa lalu dimana saya memiliki kenangan bersama dengan Aulia Susantri.
Saat itu, saya ditanya “juara berapa kamu waktu porseni di SMU 4?” saya menjawab “juara tiga bu” selanjutnya beliau berkata “ oh! Yang juara satu saat itu adalah Aulia juga dari kelas satu Sembilan temanmu” sayapun kembali menimpali “ya! Benarbu saya memang banyak belajar dari Aulia tentang Bahasa inggris serta mengambil banyak motifasi darinya” setelah itu beliau bercerita kepada seorang panitia dari SMU 4 bahwa saya mampu berbahasa inggris karena termotifasi oleh Aulia.
Alhamdulillah, beliau juga telah mengetahui kalau saya juga sangat kagum akan kehadiran sosok Aulia sebagai sosok yang inspiring, hari itu Aulia menjadi topic pembicaraan saya dengan Bu evi, dan pengawas lain dari SMU negeri 4 makassar.
Singkat cerita, tibalah saya pada hari ke 4 ujian nasional, saat itu saya mengikuti ujian Geografi, saat mengikuti ujian Geografi saya sangat kesusahan dalam menjawab soal, karena soal yang banyak naik adalah soal dalam bentuk gambar dan perhitungan, tetapi ada Dua gambar yang berhasil saya analisa dan akhirnya saya jawab juga.
Akhirnya, tibalah pada hari terakhir, ujian nasional, tiba-tiba saya lagi-lagi mengalami kesulitan saat itu karena saya mengikuti ujian matapelajaran Ekonomi yang di dalamnya ada banyak gambar, table, dan perhitungan yang saya sendiri sangat kesusahan untuk menjawabnya. Hari jumat malam, sayapun membuat prediksi bahwa kemungkinan saya untuk lulus sangatlah kecil, karena secara realita saya melihat, tetapi saya serahkan semuanya kepada Allah dan tinggallah saya untuk menunggu pengumuman.
Tulisan ini akan saya tutup dengan sebuah perkataan yang sering menjadi doa saya setiap sujud terakhir saya yaitu ketika Allah menghendaki saya untuk tidak lulus tahun ini maka mudah-mudahan saya diberikan kekuatan, tetapi ketika saya lulus maka saya akan sangatlah bersyukur akan kehadiratnya, yang telah memberi saya nikmatnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar