Oleh:Sujono Sa’id
Selasa 16-6-2009, saya menerima pengumuman, ternyata apa yang telah saya prediksi benarlah adanya. Pukul 7.30, saya tiba di sekolah sesampainya saya di sekolah, saya langsung menemui seorang guru yang kemudian mencocokkan nomor ujian saya dengan daftar pengumuman yang ada, akhirnya jelaslah semua bahwa saya tidak lulus.
Mendengar hal itu, saya akhirnya menerima dengan lapang dada, bahkan saya sempat bercanda dengan teman-teman saya. Kemudian, saya mengirimkan SMS kepada keluarga saya, sepupu saya dan orang tua saya terutama. Responnyapun beeragam, ada yang menanyakan kenapa kamu bilang al-hamdulillah?, ada yang mengatakan kalau saya bercanda nggak serius, tetapi saya berusahakan meyakinkan mereka dengan cara saya.
Setelah SMS saya kirim ke phonsel mama saya, ponsel pun berdering, saya menjawab panggilan yang masuk di ponsel saya membuka pembicaraan, mama saya bertanya kenapa kamu bilang Alhamdulillah padahal kamu nggak lulus, saya hanya bilang kalau mama sendirilah yang ngajarin saya untuk menerima apa adanya.
Setelah beberapa menit kemudian pasca pengumuman, saya melihat ada peluang untuk memperoleh apa yang menjadi cita-cita saya yaitu lulus dalam pelaksanaan ujian meskipun itu hanya paket C, tetapi yang penting kalau masih ada ruang untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, saya fakir tidaklah masalah bagi saya.
Setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan seperti nomor test, dan foto untuk kartu ujian, sayapun kembali ke Asrama Yapti untuk meng expresikan kesyukuran saya pada hari itu, karena saya sudah lulus meskipun tertunda entah kapan baru lulus benerran, karena meskipun sudah paket C belum tentu lulus juga.
Inilah saatnya saya meng aplikasikan materi-materi yang saya peroleh dari pakar kecerdasan yang sering saya ikuti matakuliahnya di masa-masa penantian ini, seperti Andriewongso, Antonidiomartin, Arvanpradiansyah, dan lain-lain sebagainya yang telah memberikan berbagai wejangan-wejangan lewat smart FM selama liburan.
Saya tidak mengira, kalau kejadian yang sangat ber sejarah di 16 juni ini, belum dapat menjadi penutup dari auto biografi saya yang sedianya sudah akan saya bukukan, ternyata harus menunggu lembar-lembar lainnya untuk menutup auto biografi saya untuk shesion pertama, karena kalau saya jadi kuliah, saya akan membuat auto biografi shetion2, tetapi saya rasa biarlah semua itu terjadi kalau itu sudah harus terjadi.
Setelah sampai di sekolah, kita tinggalkan cerita tentang saya, sekarang kita melaju ke cerita teman-temanku yang ternyata senasib dengan saya. Mereka juga memiliki beragam expresi ada yang menangis, ada yang biasa-biasa aja, dan ada yang merasa ada campur antara haru dan sedi, malu serta putus asa, tetapi setelah peluang untuk memperoleh cita-citanya yang tertunda, hati merekapun ibarat rumah yang di sinari lilin kehidupan, merekapun bersyukur karena mungkin ini adalah ujian baginya.
Saya yakin, dibalik apa yang menimpa saya, ada janji Allah, sesuai dengan pernyataannya yang berbunyi bahwa saya tidak mungkin menurunkan cobaan bagi hambaku ketika mereka tidak mampu untuk menjalani apa yang telah dibebankan padanya, yang kemudian dikembangkan oleh Arvan pradiansyah yang mengatakan bahwa ketika kita memperoleh sesuatu yang tidak menyenangkan, maka yakinlah tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik bagi kita. Itupun semua sudah terbukti.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar