Selasa, 09 September 2008

KESAMAAN DIBALIK SEBUAH PERBEDAAN OLEH: SUJONO SA’ID

Setiap manusia diciptakan dengan beraneka ragam bentuk fisik, jenis kelamin, pola pikir, dan salah satunya adalah kelengkapan dari segi fisik khususnya adalah kesempurnaan penglihatan, namun meskipun kita diperhadapkan dengan kondisi yang berbeda-beda, tetapi tentu ada sebuah keunikan tersendiri bagi kita.
Seperti itulah yang saya(penulis) alami. Saya adalah putra kelahiran Bulukkumba 11 Vebruari 1989 buah hati dari pasangan ST Khadija dan Sa’id bakri ini berhasil menammatkan pendidikan Sekolah tingkat pertama pada tahun 2006 dengan nilai-nilai yang cukup memuaskan, yang kemudian melanjutkan pendidikan di sebuah SMU yang belum pernah menerima seorang pun dari kalangan tunanetra sebut saja SMU negeri 4 Makassar.
Selama saya sebagai seorang tunanetra pertama yang menjalani studi di SMU negeri 4 Makassar telah banyak pengalaman yang menarik saya dapatkan. Meskipun saya berada dalam keterbatasan dari segi penglihatan, saya ternyata tetap enjoi bergaul dengan mereka yang dikaruniai fisik yang normal, wajah yang cantik dan gaga serta cerdas dan berakhlak.
Meskipun pada awalnya, saya sangat merasa malu bergaul dengan mereka, tetapi saya selalu teringat akan sebuah statemen yang sudah lama tertanam dalam diri saya yaitu tidak ada perbedaan antara saya dan mereka. Merekapun sebagai teman yang diberikan rahmat dari Allah yaitu penglihatan yang sempurna juga mau menerima saya sebagai bahagian dari mereka.
Tak hanya teman-teman saya di sekolah tersebut, sebahagian besar guru-guru disekolah tersebut pun cepat menerima dan mengerti bagaimana pelayanan terhadap kaum tunanetra yang bergabung untuk mengikuti pendidikan integrasi di sekolah mereka, tentu ini adalah sebuah kesyukuran bagi kita sebab pola pikir mereka tentang penyandang cacat khususnya bagi kaum Tunanetra kini telah mengalami kemajuan.
Hal yang menarik bagi saya ketika saya berada di sekolah tersebut adalah ketika saya mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas saat duduk di kelas satu. Suatu sore, secara kebetulan saya dan teman-teman sekelas saya mengikuti pelajaran Komputer, saat itu karena guru bidang studi yang bersangkutan hanya menuliskan materi di papan tulis, sehingga saya harus meminta untuk dibacakan apa-apa yang tertulis diatas papan tulis untuk di alihkan ke sebuah catatan dalam bentuk huruf Braille.
Menyikapi hal tersebut, saya melakukan sebuah upaya untuk meminta teman-teman membacakan secara bergiliran materi yang ada di atas papan tulis ternyata usaha saya berhasil tetapi saya ternyata sempat kurang puas sebab dari sekian banyak teman-teman saya yang membantu saya hanya membacakan beberapa kata dan mereka langsung meninggalkan saya tanpa pamit. Tetapi berkat kesabaran saya dalam menghadapi hal ini, sehingga pertolongan Allah turun melalui teman saya sebut saja Aulia Susanti ia mendatangi saya dengan menawarkan dirinya untuk membantu saya dalam menyalin materi dari papan tulis sampai habis dalam catatan berbentuk huruf brail. Sejak saat itu, pertemanan antara saya dan Aulia sangat akrab. Dalam mengikuti pelajaran Biologi, cara penyajian materi yang dilakukan oleh Ibu Arifa Sulaiman lebih banyak menuliskan materi pelajaran diatas papan tulis ketimbang menjelaskan kepada seluruh siswa, tetapi beliau selaku guru Biologi sangat akses bagi kaum tunanetra, sebab ketika beliau menulis beliau juga meminta agar salah seorang teman saya membacakan tulisan yang ada di papan tulis untuk saya alihkan kedalam sebuah catatan berbentuk huruf Braille sambil ia juga menulis apa yang ada di atas papan tulis.
Saya pernah mengalami sebuah kejadian yang boleh dikata sangat lucu, saat itu saya sedang mengikuti pelajaran Biologi, saat beliau selesai menuliskan materi Biologi diatas papan tulis, ia menyuruh seorang siswa untuk mendampingi saya dalam hal membacakan materi yang tertulis di papan tulis, tetapi ironisnya siswa tersebut belum sempat mendekat sudah berteriak dari kejauhan meminta saya menuliskan apa yang ia lihat di papan tulis, melihat kelakuan siswa tersebut, Ibu Arifa selaku guru Biologi langsung mendatangi siswa tersebut dan menyeretnya ke samping kanan saya seraya berujar “kamu duduk dan bacakan dia” ujar Ibu arifa menyuruh siswa tersebut untuk membaca dengan posisi duduk disamping kanan saya.
Lain halnya dengan Ibu Ma’rifa beliau adalah seorang guru Bahasa Indonesia, selain menggunakan metode ceramah beliau juga banyak-banyak menggunakan metode praktikum, untunglah materi praktikum dalam bahasa Indonesia tidak menyulitkan kaum tunanetra sehingga saya juga tidak menemui kendala dalam mengikuti pelajaran beliau. Materi praktikum yang beliau sajikan adalah menugaskan siswa dan siswinya untuk melakukan diskusi secara berkelompok, memberikan tugas Praktek Pidato, dan masih banyak tugas-tugas yang lain yang beliau sering berikan yang ternyata tunanetrapun mampu untuk melakukan hal tersebut tanpa harus memperoleh bantuan khusus dari beliau.
Ibu Evi Yuliati, adalah wali kelas satu sembilan yang merupakan kelas tempat saya belajar ia adalah seorang Guru Fisika, sebagai seorang wali kelas ia juga sangat faham tentang bagaimana memberikan pelajaran kepada siswa yang menyandang tunanetra. Dalam memberikan pelajaran, beliau juga sering menggunakan beberapa metode mengajar antara lain yaitu Ceramah dan penugasan serta metode Praktikum yang dilakukan di laboratorium Fisika.
Selain pengalaman belajar di kelas, saya juga memperoleh banyak pengalaman menarik di luar jam pelajaran khususnya dalam kegiatan Extra kurikular (exkul). Sudah sebulan saya duduk di bangku kelas satu SMU, saat itu adalah saat yang bertepatan dengan sebuah momen bersejarah yaitu tanggal tujuh belas Agustus, saat itu untuk menyambut peringatan Hari proklamasi diadakan sebuah kegiatan yaitu Pekan Olah raga dan Seni(PORSENI).
Dalam kegiatan porseni ini, terdapat beberapa kegiatan yaitu Lomba Tarik tambang untuk cabang olah raga, Folli, untuk cabang olah raga, dan vootsal untuk cabang olah raga. Sedangkan untuk cabang seni terdiri atas beberapa cabang lomba yaitu soun contest, atau dikenal dengan istilah nyanyi solo, Pidato bahasa Ingris, dan Lomba ceramah agama atau dikenal dengan istilah Da’i.
Diantara beberapa lomba yang termasuk dalam cabang seni, saya memilih mengikuti Lomba Da’I atau cerama agama. Setelah saya menunggu sambil mengamati peserta lomba da’I yang tampil, dan menyaksikan performans dari peserta lomba Pidato Bahasa ingris, serta menyaksikan penampilan dari peserta soun contest, akhirnya tibalah giliran saya untuk mempersembahkan yang terbaik kepada seluruh khalayak ramai dengan pengetahuan keagamaan yang saya ketahui. Ketika saya selesai menampilkan sebuah cerama agama, saat itu saya baru saja turun dari panggung, saya langsung memperoleh respon yang begitu menggembirakan dari teman-teman serta kakak-kakak kelas. salah seorang dari sekian banyak kakak kelas langsung bertanya dengan sebuah pertanyaan “dik kamu dari kelas satu berapa?” dengan santainya saya hanya menjawab saya dari kelas satu sembilan. Setelah mereka memperoleh jawaban dari saya, mereka langsung menyampaikan kesalutannya terhadap penampilan saya mendengar pujian dari kakak-kakak kelas, saya hanya tertunduk malu dan saya juga sangat mengucapkan terima kasih.
Setelah tiga bulan saya bersekolah di SMU negeri 4 Makassar, saya akhirnya bergabung dalam sebuah kegiatan extra kurikular Ketakwaan, dalam kegiatan ini, siswa lebih banyak memperoleh pengetahuan agama melalui kegiatan pengajian yang dilakukan di dua tempat yaitu Mushallah Khusnul hatima SMU negeri 4 Makassar dan Kelas 2IPA satu. Kegiatan ini dibina oleh dua orang Pembina yaitu Bapak ustaz Syamsuri Sa’id dan Bapak ustaz Abdul Somad yang lebih akrab disapa Pak somad. Awal mula saya bergabung dalam kegiatan tersebut merupakan sebuah kenangan tersendiri yang penuh kesan.
Jumat 23 September 2006, saat itu adalah hari pertama saya menggabungkan diri dalam kegiatan extra kurikular di bidang ketakwaan. Tepat pada pukul 15.30, saya telah berada di dalam Mushallah Khusnul hatima untuk menanti waktu Shalat Ashar, setelah semua siswa melaksanakan Shalat ashar, semua panitia pelaksana kegiatan extra kurikular sedang melakukan persiapan-persiapan salah satu diantaranya adalah melakukan konfirmasi kehadiran pemateri yang akan mengisi kegiatan tersebut sore itu.
Tepat pukul 16.00, terdengar suara Ustaz Somad mengucapkan salam seraya langsung menyalami saya dan seraya berucap “nak! Sekali-kali kamu gantiin bapak mengisi ceramah agama ya!”. Akhirnya kegiatan pada hari itu dimulai kegiatan dimulai dengan pembacaan qalam ilahi, yang dilanjut dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Bapak ustaz Abdul Somad yang kemudian dilanjutkan dengan session Tanya jawab antara pak somad dan seluruh jamaah yang merupakan peserta kegiatan extrakurikular ketakwaan.
Akhirnya, sejak saya mengikuti kegiatan extra kurikular dan aktif berorganisasi dalam sebuah organisasi keagamaan tingkat sekolah, saya selalu memperoleh pelajaran yang amat berharga dari pak somat. Sejak sat itu, kelas dua IPA satu menjadi tempat saya memperoleh ilmu agama, dan memperoleh hal-hal yang mampu dijadikan sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah setahun bersekolah di SMU negeri 4 Makassar, saya ternyata harus pindah dari SMU negeri 4 menuju SMU Datuk ribandang. Namun, meskipun telah berada di SMU Datuk ribandang, saya tetap mengenang masa-masa sekolah saya di kelas satu selama berada di SMU negeri 4 Makassar. Dua IPA satu adalah kelas yang menjadi tempat yang sangat bersejarah sebab saya telah memperoleh banyak pelajaran berharga dari ustaz somat di kelas tersebut.
Sejak saya mengikuti exkul di SMU negeri 4 Makassar, saya sudah tertarik dan kagum kepada siswi-siswi yang duduk dikelas dua IPA, mengapa? Sebab menurut saya, bahwa siswi-siswi yang duduk di kelas dua IPA adalah orang-orang yang berakhlak dan cerdas serta memiliki cakrawala berfikir yang begitu luas, sehingga saat itu saya sempat berkata dalam hati “ kelak ketika saya sudah kelas dua, meskipun saya mengambil jurusan IPS, tetapi saya harus punya teman , idola atau pacar yaitu seorang gadis cantik dari kelas dua IPA”.
Setelah saya berada di SMU Datuk ribandang, saya ternyata mampu bergaul dengan teman-teman yang memiliki kesempurnaan dari segi fisual semua itu disebabkan oleh beberapa factor salah satunya dikarenakan SMU Datuk ribandang adalah sebuah sekolah yang telah lama mendidik Tunanetra dan tunanetra yang menjadi alumni dari sekolah tersebut telah banyak yang berhasil dan menjadi masyarakat yang mandiri dan terpandang.

Tidak ada komentar: