Selasa, 09 September 2008

Menulis bagian dari hidupku Oleh: Sujono sa’id

24 Desember tahun 2004, tepat pada pukul 16.00 pelatihan Jurnalistik yang dilaksanakan oleh Ikatan Remaja Muhammadiah Kota Makassar dibuka secara resmi di Aula Masjid Ta’mirul Masajid. Saat itu, Kakanda Mukarrama yang di sapa Kak Ama selaku ketua IRM kota makassar bidang pengkajian ilmu pengetahuan (PIP) memulai sambutannya yang sekaligus membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya, Kak Ama menitipkan harapan kepada seluruh peserta agar menjadi Jurnalis islam yang mampu menulis, berfikir kritis, kreatif, dan inofatif.
Setelah pembukaan selesai, dilanjutkan dengan materi pertama yaitu Orgensi membaca dan menulis kemudian keesokan harinya dilanjutkan dengan Teknik Hunting berita yang dibawakan oleh salah seorang pengurus Forum Lingkar Pena Sulawesi selatan, Islam dan Media yang pematerinya adalah Doktor Mansyur semma, Menulis fiksi, Teknik membuat Bulletin, Teknik menyusun artikel yang dibawakan langsung oleh ketua umum Forum lingkar pena Sulawesi selatan.
Beberapa hari sebelum pelatihan berlangsung, secara kebetulan beberapa pengurus IRM Kota Makassar berkunjung ke secretariat Persatuahn Tunanetra Indonesia untuk menemui salah seorang dari sekian banyak pengurus dalam organisasi dan ternyata secara tidak langsung menyampaikan info yang menurut saya ini adalah info yang sangat penting, mendengar info tersebut, saya(penulis) langsung meminta agar hamzah selaku salah seorang tokoh tunanetra yang merupakan relasi dari panitia yang datang berkunjung di tempat tersebut meminta agar kegiatan ini dapat diikuti oleh kaum tunanetra.
Mendengar nama pelatihan Jurnalistik, yang sempat terbayang di benak saya adalah pelatihan yang mengajarkan kita untuk menjadi wartawan yang melakukan peliputan dan materi yang di sajikan adalah tata cara pemotretan dilapangan, sehingga saya sempat berfikir untuk tidak ikut dalam pelatihan ini, karena saya sempat berfikir tidak mungkin tunanetra dapat melakukan kegiatan kejurnalistikan seperti ini. Namun karena adanya dorongan yang kuat dari hati yang paling dalam, sehingga saya tetap mempunyai keinginan untuk ikut dalam pelatihan ini dengan dilandasi semangat.
Sekembalinya saya dari lokasi pelatihan Jurnalistik tersebut, saya mendengar sebuah informasi tentang Lomba karya tulis untuk tunanetra tingkat Internasional di Jepang yang diadakan oleh Ongkio dengan sebuah Judul yaitu brille dalam hidupku. Karena saya selalu teringat akan arahan Kakanda Mukarrama pada saat opening ceremonial pelatihan tersebut, sehingga saya mencoba untuk ikut dalam lomba ini dengan menyusun naskah yang disusun dalam bentuk tulisan Braille dengan jumlah kata yaitu 500-750 kata. Meskipun saya tidak menjadi pemenang dalam lomba ini, tetapi saya malah memperoleh semangat untuk mencoba menyusun karya tulis dengan bantuan satu unit Komputer yang dilengkapi dengan sebuah fasilitas yang aksesible yaitu program jaws yang dikenal dengan singkatan dari Job akses wit speach.
Tulisan-tulisan yang saya susun kebanyakan berbentuk essai dan isinya lebih banyak bercerita tentang keagamaan dengan judul yaitu Allah tak dapat di duakan, Cinta ibu, Bentuk perjuangan yang ideal, dan lain-lain. Suatu hari, saya sedang menyusun sebuah tulisan dan secara kebetulan saya ditemui oleh M. Rais seorang tokoh tunanetra yang saat itu adalah instruktur pelatihan Komputer bicara. Saat itu dia sempat memberikan teguran kepada saya “jon! Kamu jangan Cuma nulis islam melulu” ujarnya.
Setelah beberapa hari saya mendapat teguran dari M. Rais, entah apa yang mendorong saya untuk belajar menulis secara otodidak dengan melihat contoh karya tulis yang tersimpan dalam computer diantaranya sebuah tulisan yang berjudul Anugerah dibalik gulita yang bercerita tentang Syaharuddin daming seorang Tunanetra Sulsel yang menjadi inspirator dan pejuang, serta contoh yang patut diteladani dalam memajukan kaum tunanetra baik di Sulsel maupun tunanetra di seluruh Indonesia.
Contoh tulisan lain yang jenis karyanya adalah jenis cerpen yang berjudul Inilah cinta yang bercerita tentang kehidupan Susan seorang istri dari seorang Anggota TNI yang menjadi seorang tunanetra pada usia 35 tahun, serta masih banyak contoh tulisan lain yang telah saya temukan dalam computer yang merupakan tempat saya melakukan praktek pada saat saya mengikuti training computer bicara.
Setelah saya mengetahui tentang bagaimana mengakses internet dengan menggunakan program internet explorer, saya juga sering mempelajari contoh tulisan salah satu diantaranya contoh tulisan yang di terbitkan oleh E-psikologi.com. Akhirnya, dua tahun sudah saya mengikuti pelatihan tersebut, saat itu saya sudah duduk di bangku kelas satu SMU setelah saya mempelajari tulisan-tulisan yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat umum dan dituangkan dalam berbagai macam jenis karya seperti cerpen, dan biografi, sehingga sayapun mulai menyusun tulisan yang tidak bercerita tentang agama tetapi sudah memulai menulis tentang Tunanetra peluang dan tantangannya, serta tulisan-tulisan lain yang lebih banyak membahas tentang hal-hal yang bersifat umum.
Karena saya sudah merasa bosan menulis dan semua tulisan yang saya buat tidak pernah di kritisi dan dipuji, sehingga saya berusaha untuk mencari media penyaluran untuk menyalurkan karya tulis saya. Media yang pertama kali saya sasar adalah Majallah dinding Organisasi intra sekolah (OSIS) SMU Negeri 4 Makassar, namun karena suatu hal karya saya tidak dapat di publish. Dari sini, saya masih tidak memiliki rasa putus asa, namun Kakanda Nurul hasana yang lebih akrab disapa Kak nana ini memberitahukan kepada saya tentang Bulletin Sipakatau yang memuat karya dari kalangan penca sendiri.
Bulletin Sipakatau, adalah bulletin yang diisi oleh para penyandang cacat dari berbagai jenis kecacatan namun pembacanya adalah kebanyakan orang-orang awas dan pendistribusian bulletin ini sampai ke seluruh daerah tingkat dua/ kabupaten yang ada di sulawesi selatan, sehingga saya mencoba untuk mengarahkan karya saya kemedia tersebut untuk dipublish dan tentu jika karya saya berkwalitas, maka saya akan memperoleh pujian dan masukan agar kwalitas karya yang saya miliki dipertahankan.
Setelah karya saya termuat di Bulletin sipakatau, hasil yang saya peroleh sangat menggembirakan, sebab tulisan saya ternyata dipublikasikan dan saya memperoleh honor. Kita tahu, bahwa tulisan yang dipublikasikan dimedia manapun adalah tulisan yang telah lolos dalam tahap seleksi, itu berarti saya telah memperoleh pelajaran yang amat berharga dari pembaca dan pengelola dari Bulletin Sipakatau sendiri.
Setelah saya naik kelas dua SMU, yaitu tepatnya pada tahun 2008 saya akhirnya berhasil membuat sebuah karya yang bercerita tentang kisah seorang tunanetra dan seorang pelajar yang menjadi sahabat akrabnya. Dalam tulisan ini, dikisahkan mereka bersama-sama menuntut ilmu dalam sebuah sekolah dan keduanya berhasil menammatkan pendidikan mereka disekolah tersebut dan akhirnya keduanya menikah dan dikarunia oleh Allah seorang anak perempuan. Kisah ini diberi judul Bersama menuju sukses. Ide ini terlahir ketika seorang tokoh yang amat peduli kepada kaum tunanetra mencoba untuk membuat cerita yang disajikan dalam bentuk film documenter.
Dari inspirasi inilah, sehingga lahirlah sebuah pemikiran yang mendorong peningkatan daya imajinasi saya untuk membuat cerita dalam bentuk fiksi ini dan saya sendiri sempat mencoba untuk mempublikasikan karya ini pada sebuah situs internet yang merupakan garapan dari teman-teman Tunanetra Jakarta yaitu Karya tunanetra(KARTUNET), namun setelah saya mengecek berkali-kali pada situs ini ternyata belum kunjung dipublikasikan, tetapi hal ini belum juga membuat saya putus asa. Secara kebetulan, karena tulisan ini dapat memberikan nasihat kepada seluruh mitra bakti yang aktif memberikan kontribusi kepada kaum tunanetra sehingga saya mencoba untuk mempublikasikan padaWWW.Bamperxii.blogspot.com.
Setelah beberapa hari pasca publikasi terhadap karya ini pada sebuah media penyaluran karya serta informasi penting yang merupakan garapan dari Barisan Mitra pertuni sulsel, secara kebetulan tulisan ini sempat dibaca oleh seorang mitra yang secara kebetulan juga aktif menulis di berbagai media cetak, dari beliau saya mendapat sebuah informasi bahwa karya saya yang satu ini ternyata juga enak untuk dibaca.
Selain mencari media penyaluran, untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan saya dalam membuat gagasan yang dituangkan dalam sebuah tulisan, saya juga tidak ketinggalan dalam berbagai efen-efen yang telah saya ikuti adalah sebuah lomba karya tulis yang diadakan oleh Bulletin Sipakatau yang dilaksanakan dalam rangka peringatan ulang tahunnya yang pertama. Selain itu, tepatnya pada tanggal 13 Maret 2008, saya mengirimkan sebuah tulisan yang bercerita tentang pengalaman pribadi saya ketika mengikuti sebuah pelatihan Komputer bicara ke sebuah yayasan yang bernama Mitra Mandiri. Namun, balasan yang saya peroleh dari sana adalah meminta saya untuk melakukan refisi terhadap karya yang akan saya ikutkan dalam lomba ini bukanlah karena tulisan saya tidak memenuhi kwalifikasi, tetapi karena tulisan saya melebihi aturan yang telah ditetapkan.
Setelah empat belas hari berselang, tepatnya pada tanggal 26 Maret 2008, saya kembali mengirimkan sebuah naskah karya tulis ke Dewan Pengurus Pusat Pertuni(DPP Pertuni Jakarta) yang akan di ikutkan dalam lomba mengarang essai 2008 dalam rangka peringatan hari pendidikan nasional, sesuai aturan panitia, karya ini harus di kirim dalam dua format yaitu hart copy dan soft copy. Dua hari berselang, setelah saya mengirimkan karya untuk lomba saya ternyata terinspirasi untuk membuat sebuah blog sebagai media publikasi untuk mempublikasikan karya saya di situs internet.
Setelah5 bulan kemudian, sayapun ternyata kembali bertemu dengan Mega wati seorang relasi saya yang aktif sebagai bagian pemasaran pada sebuah media yang sekarang ini akan mencoba mempublikasikan tulisan yang telah lama saya(penulis) garap ke media tersebut yaitu Pena biru dibawah naungan sebuah organisasi pelajar.
Selain langkah-langkah yang saya lakukan diatas, untuk memperoleh keunggulan dan kelemahan karya yang telah saya buat, saya juga sempat berfikir untuk melakukan seminar karya. Seminar karya adalah sebuah kegiatan yang dilakukan sama halnya dengan bedah buku, namun pada kegiatan seminar karya ini yang akan menjadi pembicara adalah pengarang dari karya itu sendiri sebelum di publish, dalam seminar yang akan disampaikan oleh penulis karya adalah alas an memilih judul karya, dan alas an mengapa ia tertarik untuk memilih topic-topik tertentu untuk diangkat.
Adapun hasil-hasil yang saya dapatkan selama melakukan berbagai usaha untuk melakukan publicasi adalah eksistensi saya sebagai seorang penulis pemula telah dikenal oleh beberapa orang teman yang telah mengenal saya sejak lama. Sebagai salah satu buktinya adalah sebuah peristiwa yang sangat menarik dan memberi motifasi bagi saya untuk lebih aktif membuat sebuah kreasi yang dituangkan dalam bidang tulis menulis.
Secara kebetulan saya memiliki seorang teman sebut saja Eprilia Eka Saputri, dia adalah seorang pelajar SMU negeri 16 Makassar saat itu dia mendatangi saya dan meminta saya untuk membantu menyusun karya ilmiah yang menjadi tugas dari gurunya. Ketika dia datang dan menemui saya dia langsung berkata “jon tolong bantuin sayadong!” ujarnya “Bantu apa?” saya ( penulis bertanya) “gini! Saya sudah tahu kalau kamu adalah seorang penulis” Ujar Eprilia memperjelas maksudnya menemui saya dan sayapun( penulis kembali bertanya “dari mana kamu tahu kalau aku adalah penulis?”. Eprilia menjawab “ dari kak rabia yang merupakan salah seorang tokoh yang amat peduli terhadap kaum tunanetra” eprilia menjawab. Setelah mendengar jawaban Eprilia saya kembali bertanya “dari mana kak rabia tahu akan hal ini?” Tanya penulis eprilia kembali menjawab “ saya tidak tahu dimana dia tahu akan hal ini”.
Mengenai output dari naskah yang saya ikutkan dalam sebuah lomba mengarang essai 2008, ternyata saya telah memperoleh hasil yang memuaskan, dan ternyata saya tidak menyangka kalau tulisan yang gaya bahasanya sangat kurang menarik toh menjadi pemenang kehormatan dalam lomba karya tulis tingkat nasional dan bagi saya ini adalah sebuah kesyukuran yang sangat luar biasa bagi saya. Saat itu, tepatnya pada hari Jumat namun saya lupa tanggal berapa, kebetulan saya lagi duduk-duduk di bawah pohon Jambu depan secret Pertuni sul-sel, kebetulan kakanda Soni Sandra berada disana.
Ketika beliau menemui saya, diapun langsung mengambil tangan saya dan mengucapkan “ Jon! Selamatya” sayapun bertanya selamat dalam rangka apa? Melihat saya dalam keadaan terheran-heran beliaupun langsung memberi tahu kepada saya kalau karya tulis saya memperoleh posisi sebagai pemenang kehormatan, mendengar hal tersebut, sayapun langsung menanyakan kepada beliau dimana informasi tersebut didapatkan, beliaupun meminta agar saya membuka situs Mitra jaringan, ketika saya membuka Situs Mitra jaringan, sayapun menemukan nama saya sebagai pemenang kehormatan dalam lomba ini, melihat hal ini sayapun sangat bersyukur kepada Allah.
Dari kisah nyata yang saya(penulis) alami, kini telah menyadarkan saya bahwa menulis adalah sebuah potensi yang menjadi anugerah terbesar bagi saya, sebab tidak semua manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki kemampuan menulis meskipun mengikuti pelatihan karya ilmiah remaja berkali-kali. Jika kita kembali menengok bagaimana ketika saya dilahirkan oleh ibu saya pada Tanggal 11 Februari 1989, saya lahir tidak membawa tanda-tanda sebagai seorang penulis dan tanda-tanda yang lainnya.
Bahkan ketika tulisan ini saya susun, saya sendiri masih sangat pusing memikirkan mengapa saya memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis, tetapi mungkin inilah sebuah karunia dan sekaligus merupakan sebuah amanah yang telah Allah titipkan kepada saya sehingga saya harus menjaga dan tidak menyalah gunakan amanah ini, sebab ketika saya kembali kepangkuannya, saya tentu akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah, sebab manusia yang baik adalah manusia yang jika dipundaknya diletakkan sebuah amanah ia mampu untuk menjaganya.
Seorang penulis, sangat memiliki peran penting dalam hidup bermasyarakat, sebab dari hasil tulisan yang dibuat olehnya mampu membuat masyarakat yang gemar membaca karya-karya sastra seperti artikel, essai, nofel, dan lain-lain sebagainya mampu melakukan perubahan paradikma berfikir mereka yang selama ini sangat sempit.
Mari kita melihat sebuah potret yang sangat jelas dihadapan kita! Habiburrahman, seorang penulis, yang melalui sebuah nofelnya yang berjudul Ayat-ayat cinta, telah berhasil mengubah paradikma masyarakat. Jika dahulu, masyarakat berpandangan sempit tentang poligami, maka setelah mereka membaca buku ayat-ayat cinta kini sebahagian masyarakat telah mengetahui bahwa poligami adalah sesuatu yang dibolehkan dalam Islam jika kita sebagai suami mampu memberikan nafkah lahir dan batin, selain poligami kang Abik juga dalam novelnya telah memberikan nasihat tentang bagaimana akhlak ummat Islam baik terhadap sesama ummat Islam maupun yang tidak.
Saya(penulis), hanya ingin menitipkan sebuah pesan kepada siapa saja yang membaca tulisan yang memuat sepak terjang saya selaku seorang penulis pemula, agar jadilah kalian sebagai seorang manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa sesuai dengan potensi yang kalian miliki, dan setiap potensi adalah sebuah anugerah tuhan yang harus kalian syukuri dengan cara mengembangkannya dan menyalurkannya dimanapun.

Tidak ada komentar: