Selasa, 09 September 2008

Apa yang terjadi pada Islamku Oleh:Sujono sa’id

Taraktufikum amraini ma intamassaktum bihimalam tadillu abada kitaballahi wa sunnaturrasul, sesungguhnya telah ku tinggalkan untukmu dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian akan selamat dan tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu quran dan hadits. Saya (penulis) sebagai seorang pelajar sangat sedih melihat kondisi agama kita sekarang ini yang telah bertubi-tubi dilanda cobaan.
Cobaan-cobaan yang telah melanda adalah dimunculkannya karya-karya yang mencoreng citra Rasulullah, terjadinya pemurtadan dimana-mana, serta masih banyak lagi. Tentu hati kita akan terketuk untuk membuat pertanyaan yang mengacu pada 5w+1 h, dan hal-hal yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi?, siapa yang harus turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini?, di mana kita harus mencari solusi?, mungkinkah kondisi ini akan membaik? dan masih banyak lagi.
Ketika kita becara mengenai penyebab hancurnya kondisi agama kita, maka kita akan bicara dengan melihat begitu banyak tinjauan seperti masuknya budaya barat ke Negara kita yang ternyata sangat susah untuk di hindari. Apasih budaya-budaya barat yang menjangkiti ummat Islam khususnya pelajar? Tentu kita pasti terkadang lebih tahu hari-hari besar mereka ketimbang hari-hari besar kita seperti Falentin day, happy birth day, dan hari-hari besar lain. Selain hari-hari besar yang paling nampak adalah model busana yang sangat menyimpang dari ajaran agama kita seperti model baju, dan lain-lain.
Begitupun dengan pola fakir kalangan remaja yang kita lihat sangat gengsi membawa al-quran ke mana-mana ketimbang membawa novel yang mungkin saja akan membuat fikiran mereka hancur dan salah jalan. Masyarakat Indonesia menurut tinjauan penulis, kebanyakan dari mereka hanya bisa meniru hal-hal yang menurut mereka tanpa mau piker panjang apakah yang mereka lakuin bakal memperbaiki diri mereka atau malahan bakal ngerusak diri serta fikiran mereka, sehingga orang luar lebih leluasa memasuki alam fikiran kita khususnya teman-teman pelajar generasi baru tunas bangsa.
Padahal, kalau kita mikir-mikir lebih jauh, akan akibat dari segala sesuatu yang mereka sodorkan kepada kita tentu kita tidak akan terkena perangkap iblis la’natullah melalui mereka sebagai medianya, tetapi kayaknyashi agak sulit deh, jadi sebagai seorang pelajar ketika kita ingin terlindungi dari perangkap syaitan, maka haruslah banyak-banyak mempelajari agama setiap hari, baik di dalam kelas maupun di waktu lain.
Bukankah di SMU-SMU sudah ada Organisasi rohis?, bukankah di SMU-SMU sudah ada program ekstra kurikular keagamaan?, kelompok tarbia ikhwan maupun akhwat?, jika kesemuanya sudah ada baik organisasi rohis, kegiatan ekstra kurikuler, kelompok tarbia baik ikhwan maupun akhwat lantas belum terjadi perubahan siapakah yang akan disalahkan? Apakah diri kita? Apakah Pembina dari kegiatan yang sudah penulis sebutkan diatas?. Ketika kita ingin menjawab pertanyaan ini termasuk penulis sendiri sebagai pelajar yang rawan dan sangat rentan ama yang gitu-gituan maka kayaknyasih kita harus arif dan bijak untuk ngejawab nih pertanyaan-pertanyaan tadi.
Kita tahu bahwa di sekolah-sekolah sudah ada organisasi rohis, kelompok tarbia untuk ikhwan dan akhwat, serta kegiatan ekstra kurikuler yang jamnya sudah ditentukan, tetapi mungkin hati dari siswa/siswi yang beragama islam di sekolah tersebut belum semua memperoleh hidayah dari Allah karena ketika kita menyaksikan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di Mushallah atau kelas-kelas tertentu peminatnya terlihat sangat kurang, tetapi ketika kita melihat kegiatan seperti English meting, extrakurikuler Olimpiade sains Kimia, Fisika, Biologi dan lain-lain peminatnya sangat banyak.
Bukan berarti kita nggak boleh ngikutin yang namanya olimpiade, bukan nggak boleh ngikutin yang namanya English meting, tetapi harus juga kita ngikutin yang namanya extra kurikuler keagamaan, sebab dengan memperbanyak pengetahuan agama akan melindungi kita dari berbagai perangkap syaitan yang sudah memangsa kita.
English meting, olimpiade saints, dan ekstrakurikuler lainnya hanya pendukung saja untuk menunjang kehidupan kita dalam beragama agar kita tidak salah ketika memperoleh pelajaran dari mata pelajaran lain, begitupun dengan kegiatan-kegiatan seni yang bersifat keagamaan seperti festifal Nasyid sangat sedikit grup nasyid yang mau berpartisipasi mengikuti, tetapi ketika disebuah tempat diadakan festifal band, sangat banyak kontestan yang mau terlibat dengan gaya dan ciri khas masing-masing.
Bukan berarti penulis tidak suka dengan kegiatan band, sebab penulis juga adalah seorang personil pada sebuah band, tetapi kembali penulis hanya menekankan hal yang telah penulis sebutkan pada paragraph diatas. Seharusnya kita sebagai seorang pelajar, jangan Cuma menyandang identitas sebagai pelajar doang tetapi sesuai dengan identitas kita sebagai seorang pelajar harus mampu untuk memproteksi(melindungi) diri kita dari mereka-mereka yang mencoba merusak diri kita sebagai manusia khususnya pelajar.
Dengan cara apa kita melindungi diri kita terhadap bangsa barat yang mau menghancurkan agama kita? Tentu saja dengan cara tidak mudah menerima hal-hal baru yang mereka bawa untuk di tiru dan dijadikan sebagai sesuatu yang tren di Negara kita. Contohnya ketika seseorang merayakan hari valentine, tentu kita nggak boleh langsung mau ikut-ikutan tanpa mempelajari bagai mana sejarahnya, apakah ada relefansinya dengan islam atau tidak ada, dan itu adalah kebiasaan dari Negara mana itulah yang harus kita ketahui sebelum memperingati hari falentin, karena akan membuat kita salah langka.
Begitupun dengan cara berfikir kita yang hanya mau ambil enaknya saja tanpa memikirkan apakah yang kita lakukan sudah cocok dengan ajaran agama kita atau belum seperti bergandengan tangan dengan perempuan/laki-laki yang bukan muhrim apa lagi sampai melakukan perbuatan binatang atau yang dikenal dengan istilah free seks.
Jadi, setelah menguraikan beberapa penyebab yang merupakan sebuah tinjauan penulis, maka jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas, adalah diri kita serta pelajar islam secara keseluruhan, sebab sudah banyak sarana untuk mempelajari islam toh kita masih belum mau untuk memanfaatkan media-media yang sudah di siapkan oleh sekolah.
Sekali lagi para Pembina kegiatan ekstra kurikuler tidak salah dalam hal ini sebab mereka telah menjalankan tugas suci yang di perintahkan oleh Allah melalui pengelola sekolah jika kegiatan tersebut berada dalam lingkup sekolah, instansi jika kegiatan keagamaan berada dalam lingkup instansi, organisasi remaja jika berada dalam lingkup organisasi remaja. Saya (penulis) menyampaikan hal ini dalam keadaan sadar bahwa saya adalah manusia biasa bukanlah seorang makhluk Allah yang ma’sum atau telah terhindar dari dosa serta kesalahan, dan saya juga tidak mampu menjamin diri bahwa saya akan terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan oleh Allah, tapi saya insya allah juga akan berusaha bersama-sama melindungi diri dan teman-teman pelajar islam di jalan Allah.

Tidak ada komentar: