Jumat, 02 Juli 2010

Rasionalitas sebagai yangter depan dalam penentuan keputusan

Manusia adalah pemimpin bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat serta lembaga-lembagatertentu, olehnya itu maka kita selaku manusia diberikan akal oleh Tuhan(Allah) untuk berfikir, dan untuk memutuskan hal-hal tertentu seperti planing, pilihan, dan apasaja yang tentu saja berkaitan dengan dirikita dan tentu saja dengan oranglain. Saya mulai dari manusia dalam memimpin dirisendiri. Untuk memutuskan segala sesuatu yang akan kita jalani agar tidak terjadi penyesalan dikemudian hari dan bisasaja dihari kemudian, maka haruslah kita berfikir secaramatang baik secara rasio dan menggali hal-hallain yang dapat kita ambil sebagai konsideran dalam menentukan keputusan untuk dirikita. Sebagai contoh kita ingin membelih sebuah handphon, yang harus menjadi pertimbangan adalah pertama adalah saran dari oranglain tentu saja dari mereka-mereka yang telah merasakan manfaat daripada handphon yangbaik. Selain itu, kita lihat barangnya secaralangsung. Setelah itu, maka kita kemudian berfikir apakah fasilitas handphon yang kita belih sesuai dengan kebutuhan kita misalnya kamera, seberapa pentingkah kamera bagi kita? nah apabila kamera itu adalah bahanyang harus inklut dengan handphon yang kita inginkan, maka belilah handphon yang mempunyai kamera. Tetapi kalau kita hanya butuh handphon yang palingtidak buat nelephon, atau kirim messagecukup. Setelah itu yang harus diperhatikan adalah dapatkah kita menjangkaunya darisegi harga? itulah semuanya yang harus kita perhatikan dalam memilah dan memilih barang-barang yang menjadi kebutuhan. Selanjutnya untuk memutuskan sesuatu bagi oranglain. Pertama yang haruskita perhatikan adalah dengarkan pandangannya, kalau memang masuk akal maka terimalah, tapi terkadang kita juga harus mempelajari akan hal-hal yang mempengaruhi sudutpandang oranglain yang keputusannya dibawahkita. Terkadang, kita selalu menyalahkan orang yangtidak mau mendengar keputusan kita karena kita selalu merasa benar dan selalu menjadikan dirikita sebagai tolak ukur tidak melihat sudutpandang dari oranglain. saya akan memberikan contoh kasus dalam sebuah keluarga terjadi pertentangan antara s dan q q telah menentukan keputusannya secarabulat berdasarkan berbagai pertimbangan secara akliah(akal), sementara s yang dengan karakternya yangjuga selalu merasa benar hanya ingin keinginannya yang jadi padahal q telah memutuskan hal-hal yang ia akan jalani dan tentu akan memuaskan baginya jika ia menuruti kemauan dari s, maka q tidak akan terpuaskan oleh pilihannya. Selain contoh yang satu ini, masih ada contoh lain lagi-lagi antara s dan q q baru saja membeli motor baru, tapi surat-suratnya belum lengkap suatu waktu q berada dirumah s, q sudah mau pulang ke rumahnya dengan menumpangi motor barunya karena ia tahu kalau malam tidak ada polisi yang berjaga, berdasarkan pengalaman sehari-harinya. sementara s selalu mencoba menghalang-halangi keputusan yang telah diambil oleh q jadi akhirnya q batal berangkat ke rumahnya karena ia merasa disumpahi dan memang hal yang dilakukan oleh s adalah hal yang salah dengan mengatakan kepada ibu dari q dengan kalimat "aktifkan handphonmu sebentar anakmu sudah menelephon dan menginformasikan bahwa ia berada di kantor polisi" dan akhirnya q sangat marah karena ia merasa didoakan, s mengatakan hal demikian karena s hanya berdasarkan kebiasaannya juga dalam berkendara, tidak menimbang konsideran dari q berdasarkan penjiwaan seolah-olah q adalah anak ingusan. Dari ilustrasi ini harusnya s membiarkan saja q dalam menjalankan keputusan, dan seandainya apa yangterjadi pada q benar adanya misalnya ditangkap polisi janganlah disalahkan dengan mengatakan saya sudah kasi tau kalau ada polisi tapi harusnya mencarikan jalan terbaik, karena itu adalah musibah bukan malah disalahkan dan disalahkan. supaya kita dapat menjadi seorang pemimpin yang baik dan keputusan yang kita ambil dapat menguntungkan dirisendiri dan juga menguntungkan oranglain yang berada dalam kendali kitaini.

Tidak ada komentar: