Kamis, 15 Juli 2010

Listrik dan Perubahan Sosial

Oleh:Sujono Sa’id

Berawal darikeinginan untuk mengangkat suatufakta tentang sebuah kondisi yangterjadi dikampung halamansaya tepatnya di Dusun Tongke-tongke Desa Loa Kecamatan Bontosikuyu Selayar tentang kondisi social sebelum dan setelah listrik sebagai media penerangan masuk kesana, maka saya memilih judul diatas untuk sayaangkat dalam tulisan ini yang tentusaja berdasarkan sebuah penilaian saya selaku masyarakatbiasa. Namun, sebelum saya berbicara tentang listrikdan social, maka saya akan terlebihdahulu mengangkat manfaat listrik, yang kemudian akan dijelaskan lebihdalam manfaatnya ditinjau darisegi perubahan social dilokasi yangsayamaksud.
Dengankeberadaan listrik, maka kita dan seluruh masyarakat dunia dapat merasakan banyak manfaat. Darisegi produktifitas kerja diberbagaibidang seperti industrialisasi, pekerjaan kantor utamanya yangberurusan dengan administrasidandata, serta komunikasi dengan menggunakan alat elektronik akan sangatmendukung produktivitaskita dalam duniakerja pada berbagai bidang yang kita geluti.
Selainitu, darisegi informasi kita dapat memperoleh informasi secara cepat dan akurat karena dengan listrik, maka kita dapatmenikmati siaranradio yang menyajikan berbagai informasi yang kita butuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari yang kita inginkan, Darisegi komunikasi lain misalnya darisegi pesan yang ingindisampaikan, maka kita dapat menggunakan internet untuk mengirim surat elektronik dengan menggunakan email saat kita membutuhkannya disaat-saat seperti sekarang ini.
Selainitu, listrik juga dapat mempercepat pekerjaan rumah kita karena pekerjaan rumah yangseringkita lakukan sekarang sudah lebihbanyak dilakukan dengan menggunakan mesin yang tentu saja digerakkan dengan menggunakan energi listrik. Namun dari semua kondisi yang terjadi, maka dapat juga memberikan dampak negative, dampak negative yang akan muncul dalam dirikita adalah satu kata saja yaitu malas.
Yang menjadi penyebab kemalasan tersebut antaralain adalah selalu menjadikan manfaat listrik tersebut sebagai alas an bahwa listrik ternyata memudahkan kita daripada menggunakan kerja manual padahal bagi setiap orang masih dapat menggunakan tenagalain dalam menyelesaikan pekerjaannya sebagaicontoh, dalam sebuah organisasi, kita telah mempunyai sebuah buku yang telah diformat dengan kolom-kolom yang lengkap, tapi kemudahan yang diberikan itulah yang membuat kita malas mengisi buku tersebut dan membiarkannya dalam keadaan kosong karena kita lebih sering mengatakan bahwa harigini masih mau nulistangan, itulah salahsatu contoh yang menimbulkan sebuah kemalasan yang kemudian muncul dalam diri kita dalam melaksanakan pekerjaan.
Jadi, bagaimana yang terjadi apabila computer yang kita miliki dikantor kita rusak, sementara data penting yang tersimpan didalamnya sudah tidak dapat di print aut dan sudah detline pula, jadi dapat dikatakan bahwa keberadaan listrik juga dapat menjadi pisau bermata dua bagikita khusus dalam hal pengerjaan administrasi secara instan. Mengapa disebut listrik sebagai pisau bermatadua? Karena listrik juga takubahnya dengan produklain yang memiliki dampak positif sekaligus dampak negative bagi penggunanya serta siapa saja yang memiliki sangkutan dengan eksistensi listrik sebagai energi yang paling sering digunakan dalam hamper semua aspek kehidupan dan penghidupankita selaku masyarakat biasa dalam kehidupan bermasyarakat ditempatkita.

Saya akan lebih mempertajamlagi pembahasan saya dengan langsung saja menggambarkan ilustrasi mengenai potret kondisi social yang terjadi di kampung saya sebelum dan setelah listrik masuk ke kampung saya meskipun masih dengan menggunakan mesin Deasel. Listrik masuk ke kampung saya padatahun 90-an, dan dengan masuknya listrik disana alat elektronikpun dengan fungsi yang beragam sudah mulai dapat dijangkau oleh masyarakat mulai mereka-mereka yang berpenghasilan rendah sampai dengan mereka-mereka yang berpenghasilan tinggi telah dapat terjangkau.
Misalnya TV, dulu, TV masih tergolong barang langkah karena sebelum Listrik masuk, kebanyakan TV masih menggunakan Aki, sehingga kebanyakan dari masyarakat lebih sering memenuhi kebutuhan informasi mereka dengan menonton dirumah tetangga yang kebetulan mempunyai TV meskipun hanya masih menggunakan aki.
Namun, dampak positif yang kita temui masyarakat lebih mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kepedulian tinggi terhadap sesama. Tapi setelah Tv dan listrik masuk maka masyarakatpun berbondong-bondong membeli Tv dirumah masing-masing dan apa yang terjadi?, kebersamaan sedikit-demi sedikit sudah mulai terkikis.
Selain TV, sebuah produk yang juga bagian besar dari Tv yaitu VCD, juga mulai digandrungi oleh masyarakat sekitar yang kemudian dilengkapi dengan speaker besar sehingga setiap rumah setiap malam dapat memutar lagu-lagu faforit mereka dengan suara yang besar pula, bahkan lebih dari satu keluarga yang memiliki produk tersebut, jadi apabila mereka membunyikan lagu-lagu mereka dirumah masing-masing, maka akan memberikan negative infek yaitu mengganggu ketentraman bagi mereka-mereka yang ingin ber istirahat. Jadi, dari ilustrasi ini, dapat disimpulkan bahwa ketika TV masih tergolong barang langkah, maka masyarakat mengedepankan kebersamaan, tapi setelah TV dan listrik masuk maka kondisi sosialpun sudah mulai mengalami perubahan dari tingginya rasa kebersamaan kemudian berubah menjadi sebuah sifat individualisme dan kompetisi yang mereka lebih kedepankan dalam bermasyarakat yang sudah terjadi sejak listrik masuk sampai teknologi berkembang.
Ya!, itu masih menggunakan listrik yang digerakkan oleh mesin deasel, apajadinya jika listrik yang masuk di Dusun Tongke-tongke yang merupakan kampung halaman saya sudah digerakkan oleh Perusahan Listrik Negara? PLN, pasti produklain yang menggunakan listrik sudah dapat dibeli oleh masyarakat, maka tentu akan membuat kondisi social masyarakat takubahnya dengan kondisi social masyarakat yang bersifat genselschap atau kondisi masyarakat yang lebih mengedepankan individualisme.
Baru TV aja sudah sombong, gimana kalau udah pake Rise kooker, kulkas, dan peralatan elektronik lainnya?. Saya rasa untuk melengkapi maksud dari pertanyaan saya tentang apajadinya jika sudah pake rice kooker? Tentu saya akan menjelaskan kondisi listrik di kampung halaman saya. Listrik mulai menyala sejak jam 6 sore sampai jam 11 malam, jadi kebanyakan masyarakat lebih sering menonton TV kalau malam. Tapi seandainya listrik sudah dapat dinikmati disiang hari, maka pasti masyarakat akan melengkapi rumah mereka dengan kulkas, rice kooker, dan lain sebagainya. Jadi, akan menambah dampak negative dari keberadaan listrik ditinjau dari kondisi social di kampung saya. Kondisi social yang terjadi misalnya menjadi factor menurunnya pendapatan dari para pebisnis esbatu, karena masyarakat telah mempunyai kulkas, dari segi interaksi sudah menurunkan kebersamaan masyarakat dan meningkatkan sikap individualisme, dari segi potensi alam kayu akan berali fungsi karena masyarakat sudah tidak menggunakan kayubakar lagi tapi sudah lebih banyak menggunakan rice kooker.
Dari kasus diatas, maka dapat disimpulkan bahwa listrik akan memberikan positif infact atau dampak positif bagi masyarakat apabila pemikiran mereka tidak berubah yang tentu akan menjadi pendorong berubahnya pula perilaku masyarakat. Tapi kehadiran listrik akan memberikan efek yang buruk bagi masyarakat apabila mereka selalu mengikuti fikiran mereka yang tentu saja membawa kemajuan tapi disalah artikan.

Tidak ada komentar: