Saya(penulis) sebagai seorang tunanetra sangat bersyukur kepada Allah, sebab saya dapat menggunakan computer. Yang membuat saya merasa bangga adalah computer yang saya gunakan tak beda dengan computer yang digunakan oleh teman-teman, sepupu, dan masyarakat yang memiliki kelengkapan ditinjau dari segi fisual/penglihatan.
Software yang mereka gunakan pun tak beda dengan yang saya gunakan, antara lain Microsoft word, Microsoft acces, Microsoft Powerpoint , Microsoft outlook, dan masih banyak software-software yang saya gunakan tidak berbeda dengan orang lain gunakan. Begitupun dengan operating system yang saya gunakan tidak berbeda dengan yang orang awas gunakan yaitu Windows yang diproduksi setiap tahun mulai dari Windows98, Windows 2000 atau yang dikenal dengan nama Windows Milenium, Windows XP salah satu produc yang keluar pada tahun 2003, serta Windows Fista.
Jika saya (penulis) berbicara tentang hardware atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perangkat keras, juga tidak berbeda dengan yang saya gunakan dengan orang-orang secara umum gunakan. Namun yang berbeda adalah saya terutama tunanetra secara umum harus menggunakan sebuah program atau software tambahan yang sudah dirancang dan akses bagi kaum tunanetra yaitu JAWS yang merupakan kependekan dari Job Acces with speach, yang jika diartikan secara sederhana adalah program yang acces bagi kaum tunanetra dengan bantuan suara.
Gambaran dari software ini adalah sebuah program yang dikemas dalam sebuah file outorisasi yang terlebih dahulu harus melalui sebuah proses yaitu proses instalasi ke computer mana saja yang sangat memenuhi persyaratan untuk instalasi program tersebut. Program ini juga dilengkapi dengan alat baca layer atau dalam bahasa Komputer dikenal dengan istilah Skreenreader, jadi skreenreader berperan untuk membaca tampilan pada monitor yang kemudian dibantu oleh jaws, sehingga apa yang tampil dilayar dapat dibaca oleh jaws yang sangat membantu saya selaku tunanetra sehingga sayapun secara mandiri juga sudah dapat melakukan aktivitas dalam hal mengoperasikan computer.
Kemampuan mengoperasikan computer secara mandiri saya peroleh dengan cara yang tidak terlalu rumit, tapi tidak juga segampang merebut hati seorang wanita agar ia terbuai dan akhirnya jatuh cinta kepada kita, namun kemampuan yang saya miliki saya dapatkan melalui sebuah tantangan yang amat luar biasa khususnya ketika saya menjalani pelatihan computer. Ketika saya mengikuti pelatihan computer, sangat banyak hal yang membuat saya agak kewalahan, namun ada satu hal yang selalu menjadi obat bagi saya yaitu kesabaran dan keikhlasan sebab saya sadar bahwa pelatihan ini adalah proses.
Ketika saya baru saja masuk mengikuti pelatihan, kesulitan yang saya hadapi adalah dalam hal ketidak mampuan bergerak yang dialami oleh jari-jari tangan saya ketika saya baru saja belajar mengetikkan data ke dalam computer. Kesulitan yang kedua yang saya jalani adalah ketidak pekaan dalam hal mendengarkan jaws, namun saya sadar bahwa dengan latihan mendengarkan suara jaws yang saya lakukan secara berulang-ulang saya yakin dan percaya bahwa saya pasti bisa meskipun saya harus berlatih berkali-kali namun saya ternyata telah berhasil memetik buah dari kesabaran saya dalam berlatih.
Hambatan lain selain kesulitan-kesulitan yang telah saya sebutkan diatas, masih ada hal lain yang ternyata juga menuntut kesabaran selama mengikuti pelatihan ini yaitu seringnya saya memperoleh bentakan dari Kak rais seorang instruktur yang mentrayning saya selama enam bulan, tetapi dibalik semua itu saya ternyata bisa mengerti apa-apa yang diajarkan olehnya. Kesulitan yang sering saya rasakan ketika saya diperhadapkan dengan materi Microsoft Excel khususnya yang menyangkut masalah logika.
Ada sebuah peristiwa yang menarik, suatu hari saya diberi tugas oleh Kak Rais yaitu tugas Microsoft excel karena saya tidak bisa menjawab soal tersebut dengan rumus yang benar maka saya sangat merasa bersalah sehingga saya harus menghukum diri dengan hukuman yaitu bermalam di lokasi pelatihan meskipun nyamuk sangat banyak.
Tetapi ada sesuatu yang sangat menyedihkan yaitu ketika seluruh peserta mengikuti tes kepekaan mendengarkan jaws, saya sangat menderita sebab saya dan beberapa teman yang juga menyandang tunanetra lofition harus menjalani tes dengan tidak diperkenankan untuk menyalakan layer monitor yang kita dengar hanyalah suara jaws dari spiker.
Adapun hal yang sangat lucu ketika saya mengikuti pelatihan computer adalah ketika saya nyaris tewas terkena setrum yang keluar dari plopi karena saya memiliki rasa ingin tahu seperti apasih bentuk sebuah plopi yang biasanya dipergunakan untuk memasukkan disket sebab saat itu saya dan teman-teman tunanetra yang secara kebetulan seangkatan dengan saya media selain disket adalah media penyimpanan data yang masih termasuk barang langkah bagi kami.
Saat itu, saya sedang menunggu instruktur yang akan masuk ke lokasi pelatihan untuk memberikan materi, tetapi instruktur yang saya tunggu-tunggu belum kunjung datang sehingga sayapun mempergunakan kesempatan tersebut untuk melakukan eksplorasi terhadap bagian-bagian computer yaitu mencoba menelusuri bagaimanasih bentuk CPU, hardisk, dan salah satunya adalah plopi yang digunakan untuk menyimpan.
Saat saya meraba-raba plopi computer yang saya pergunakan untuk mengikuti pelajaran dalam posisi jongkok, sehingga ketika sengatan setrum telah terasa di jari jemari saya sayapun langsung melompat agak sedikit menjauh dari CPU computer yang saya pergunakan untuk mengikuti pelajaran, teman-teman sekelompok sayapun tertawa.
Akhirnya ketika menjelang detik-detik terakhir saya mengikuti pelatihan computer, saya sempat berada dalam keputusasaan sebab saya sempat tidak menguasai beberapa cara untuk mengakses program-program tertentu namun karena adanya motifasi dari dalam diri saya dengan izin dari Allah sehingga saya akhirnya lulus dan berhasil menyelesaikan pelatihan ini dengan hasil yang memuaskan
Dengan adanya pelatihan computer yang dilaksanakan oleh Persatuan tunanetra Indonesia sulawesi selatan, maka saya tidak hanya mengenal computer dari mulut ke mulut, namun saya langsung melihat fakta yang memang sangat cocok dengan apa yang sering teman-teman saya ceritakan. Dahulu saya sudah tahu bahwa computer adalah alat untuk melakukan pengetikan, bentuknya mirip dengan TV yang dikoneksikan dengan keyboard sehingga saya membayangkan jika seseorang ingin mengetik ia harus memasukkan kertas yang ia akan gunakan untuk mengetik ke sebuah lubang yang sudah disediakan dan terletak dibagian atas monitor, bahkan saya sempat mengira bahwa tulisan yang kita ketik juga muncul di layer selain muncul di kertas ketika tulisan dihapus dengan menggunakan tombol bekspace selain tulisan terhapus di layer juga dapat terhapus dari kertas, pendek kata saya sempat mengira bahwa perubahan tulisan yang ada dilayar juga terjadi pada kertas yang dipergunakan untuk melakukan proses pengetikan.
Ternyata cek per cek, apa yang saya bayangkan tidak semua betul sebab ternyata untuk memindahkan tulisan dari computer ke selembar kertas hanya dilakukan dalam suatu proses yang dikenal dengan istilah printing atau pencetakan, dan ternyata untuk mengetik dengan menggunakan computer tidak mesti memasukkan kertas ke lubang yang disediakan layaknya seseorang yang ingin melakukan pengetikan dengan mesin ketik.
Ada suatu hal yang sudah sangat umum baik dalam lingkup tunanetra dan orang awas, dalam hal pelaksanaan sebuah kegiatan yang telah berakhir tidak berarti kegiatan yang telah mereka buat selesai begitu saja tetapi jika kita ingin mengembangkan diri tentu kita harus melakukan tindak lanjut atau followup baik followup bersama seorang mentor atau beberapa orang mentor yang telah mendampingi selama mengikuti training.
Sehingga setelah pelatihan computer yang saya ikuti berakhir, saya tetap terus menerus mempertahankan ilmu computer yang telah saya pelajari selama enam bulan, saya menjalani training khususnya materi Microsoft word dengan spesifikasi tata cara mengetikkan sebuah karya, editing, dan hal lain yang erat kaitannya dengan Microsoft word. Selama saya telah mengetahui bagaimana melakukan praktek mengetik sepuluh jari, saya selalu terdorong oleh sebuah keinginan untuk melakukan praktek mengetik sepuluh jari, sehingga saat berhadapan dengan computer, saya hanya selalu mengetikkan kata-kata yang keluar dari hati saya yang paling dalam dan di teruskan oleh jari jemari saya dan melalui media itulah isi hati sayapun yang terdiri atas beberapa kata yang menggabung menjadi satu kalimat dan kalimat demi kalimat tergabung menjadi satu paragraph dan dari paragraph demi paragraph menjadilah sebuah ungkapan yang keluar dari hati saya yang paling dalam telah tampil di layer monitor.
Hari demi hari, keinginan sayapun untuk memperlancar tata cara mengetik sepuluh jari, menguasai tata cara melakukan editing data, dan hal lain yang berkaitan erat dengan microsoftword telah tercapai dan apa yang telah saya pelajari hasilnya sangat memberi manfaat bagi saya sebagai seorang tunanetra yang ternyata mempunyai bakat menjadi seorang writer. Dengan izin Allah, dan kerja keras saya yang juga disertai iringan doa kepada tuhan melalui sebuah computer yang dilengkapi dengan jaws sebuah software yang sangat akses bagi tunanetra secara umum dan saya secara pribadi telah membantu saya untuk menuangkan gagasan, opini, atau kritikan melalui tulisan.
Meskipun saya adalah seorang tunanetra yang baru menjadi seorang penulis pemula, namun tulisan saya telah sering dimuat di sebuah bulletin yang dihendel oleh penyandang cacat sulawesi selatan yaitu bulletin sipaka tau, dari hasil tulisan yang saya buat, saya sebagai seorang pelajar tunanetra yang jauh dari orang tua sudah mampu untuk meringankan beban kedua orang tua saya dari segi profid saya meskipun adalah seorang tunanetra tetapi saya mampu untuk berkompetisi dalam berbagai bidang.
Mengapa saya memunculkan pernyataan ini dalam tulisan saya? Sebab ketika saya mengikuti pelatihan ini, para peserta baru menerima materi tentang jaws sudah banyak yang mengundurkan diri dalam pelatihan tetapi saya sadar bahwa mendengarkan jaws sangat sulit, namun sebagai orang beragama dan meyakini keberadaan tuhan sehingga saya mampu untuk menguasai computer dengan program yang akses.
Saya menanamkan sebuah prinsip dalam diri saya bahwa belajar untuk memperoleh ilmu semata sesulit apapun kendala yang saya hadapi pasti saya berhasil melaluinya, namun ketika saya belajar karena menginginkan imbas dari ilmu itu sendiri maka saya tentu tidak akan mampu untuk mengatasi berbagai kesulitan-kesulitan yang menimpa saya, sangat benarlah sebuah perkataan orang bijak yang berbunyi berakit-rakit ke hulu dan berenang-renang ketepian bersakit-sakit dahulu bersenang – senang kemudian. Hasil yang dicapai oleh orang-orang yang menuntut ilmu hanya ingin memperoleh imbas dari ilmu yang ia pelajari, ketimbang yang menuntut ilmu untuk memperoleh ridha dari Allah.
Letak perbedaan diantara keduanya adalah, jika seseorang menuntut ilmu hanya untuk memperoleh imbas dari ilmu yang ia peroleh, tentu ia tidak akan mengerti akan sebuah proses yang ia lalui, misalnya ketika seseorang mengetahui bahwa dengan menguasai computer, kita akan mudah untuk memperoleh lowongan kerja, maka ia yang saat itu sudah mati-matian mengajukan lamaran lantas selalu ditolak hanya alas an tidak menguasai computer, maka ia tentu akan mati-matian untuk belajar tetapi yang terfikir dalam benaknya hanya ingin mengetahui ilmu computer secepat kilat, namun tidak sabar menghadapi hambatan-hambatan yang ia peroleh selama mengikuti pelatihan.
Sehingga, hasil yang di peroleh tidak mengalami perkembangan yang mempunyai arti dalam dirinya. Contoh yang bisa menjadi ilustrasi nyata adalah sebagai berikut: jika seseorang yang hanya ingin melamar sebagai staf administrasi pada sebuah kantor, namun lamarannya ditolak hanya dengan alas an bahwa tidak mengetahui ilmu computer maka ia belajar tentang computer yang ia tekuni hanya hal-hal yang berkaitan dengan administrasi seperti Microsoft word, dan Microsoft excel, sehingga hasil yang ia peroleh ketika ia sudah berada dikantor hanya pengetahuan tentang word dan excel saja.
Sehingga akibat yang terjadi adalah ketika terjadi kerusakan meskipun hanya kerusakan kecil pada computer yang ia gunakan di meja kerjanya, ia tidak mampu melakukan pertolongan pertama pada computer yang ia gunakan oleh dirinya tetapi ia langsung memanggil teknisi yang kebetulan ahli dalam bidang computer, karena ia memiliki penguasaan ilmu computer sangat sedikit.
Sedangkan orang yang mempelajari ilmu computer tidak mengharapkan apa-apa hanya ridha Allahla harapannya, maka ia tentu akan memperoleh hal-hal yang tidak ia sangka-sangka, sehingga manusia yang berada dalam tipe ini, menammatkan pelatihan dengan kualitas yang unggul sebab dengan kesabaran, serta keikhlasan yang ia miliki, ia akan menjadi orang-orang yang berkualitas, mungkin inilah saya yang terlahir kedunia ini untuk menjadi seorang writer, sebab saya menekuni ilmu computer saya hanya menuruti kata hati serta kemauan instruktur dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh instruktur, sehingga saya tumbuh dalam keadaan mandiri dalam hal mengoperasikan computer meskipun ilmu computer yang saya ketahui tidak terlalu banyak.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar