Nun demi pena dan segala apa yang dituliskannya, seperti itulah bunyi dari ayat pertama Surah al-qalam. Dari surah ini, sangat jelas akan arti penting kehadiran sebuah pena. Mengapa pena dianggap sebagai sesuatu yang harus ada dalam kehidupan kita?, sebab dengan pena kita mampu membuka paradikma berfikir masyarakat khususnya masyarakat Muslim yang telah dibutakan oleh pandangan-pandangan yang tidak logis.
Dengan pena pula, kita juga mampu memperluas cakrawala berfikir kita baik pemikiran kita tentang pemahaman ajaran agama, maupun tentang pemahaman yang bersifat umum yang mampu diterima oleh akal sehat serta fakta yang terlihat dalam kehidupan kita , melalui tulisan ini, saya akan mengutarakan beberapa ilustrasi.
Dahulu, masalah pacaran sering menjadi perdebatan, sebahagian dari mereka ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju dengan aktifitas pacaran yang dilakukan oleh kebanyakan remaja pada masa sekarang ini, tentu pendapat yang mereka kemukakan masing-masing memiliki alas an yang menurut penulis bisa diterima.
Bagi mereka yang setuju dengan pacaran memiliki alas an bahwa dengan pacaran, mereka akan mengenal lebih dalam keperibadian masing-masing, namun yang tidak setuju dengan hal inipun juga memiliki alas an yang tentu masuk akal sebab fakta yang ditemui dilapangan kebanyakan pasangan yang berpacaran melakukan kegiatan yang sudah keluar dari koridor-koridor yang telah ditentukan, baik dalam budaya masyarakat Indonesia maupun ajaran islam, namun mereka telah mengikuti budaya barat.
Melalui polemic yang telah berkepanjangan masalah pro dan kontra yang terjadi bagi masyarakat Indonesia, Allah telah menurunkan sebuah solusi melalui perantara Habiburrahman yang dengan penanya telah berhasil membuka dan memperluas cakra wala berfikir kita tentang bagaimana bercinta yang sehat sesuai dengan koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh syariatul islamiah.
Polimik ini telah berhasil di selesaikan melalui bukunya yang berjudul Ayat-ayat cinta. Selain membuka paradikma kita tentang pacaran yang menimbulkan pro dan kontra antara kaum Muslimin, Buku karangan Kang abik juga telah membuka mata hati kaum perempuan yang telah diselimuti oleh sebuah paradikma berfikir yang terlalu sempit tentang bagaimana poligami dalam islam, potret dari kedua persoalan ini telah digambarkan dalam buku beliau. Tetapi, meskipun sebahagian dari ibu-ibu yang telah berkeluarga telah membaca buku karangan kang abik, namun mereka malah mengatakan “kita bukan nabi sekarang kita ngak usah mencontoh nabi” begitu ujarnya.
Berdasarkan dari ilustrasi ini, maka dapat disimpulkan bahwa pena sangat berarti bagi kita sebagai media untuk membuka para dikma berfikir setiap manusia yang sudah mampu membaca dan menulis serta para kutu buku.
Dengan pena, kita mampu untuk melakukan transpor masi ilmu kepada sesama manusia. Mengapa?, sebab dengan pena, kita mampu menuangkan gagasan kita dalam sebuah tulisan yang berisi pengetahuan yang kita miliki baik melalui Bulletin, maupun melalui buku-buku, serta situs internet yang ada.
Bukankah dengan pena kita mampu untuk membuat gagasan yang berisi kritikan yang membangun baik kepada masyarakat, diri sendiri, pemerintah, serta saran yang berisi solusi yang membangun melalui sebuah pena.
Dalam menjalankan syariatul Islamiah, kita tentu menjalankan peraturan berdasarkan al-quran dan hadis shahi. Tentu, sumber yang akan membantu kita untuk mengetahui dan meng amalkan ajaran agama adalah goresan tinta sebuah pena yang membentuk huruf demi huruf, yang berkumpul menjadi kata demi kata, yang menjadi paragraph demi paragraph yang berisi berita gembira bagi yang beriman, ancaman bagi para pelanggar handal, dan perintah untuk taat pada keduanya, serta larangan untuk keluar dari koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh gariskomando yang telah dirumuskan secara baku.
Mengapa pena dianggap sebagai sebuah komponen yang sangat penting dalam hidup kita? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan mencoba membuka pemikiran pembaca, jika kita ingin kepasar untuk berbelanja, tentu kita tidak mungkin mengingat isi daftar belanja yang begitu banyak sehingga kita membutuhkan sebuah pena untuk menyimpan apa-apa yang merupakan isi dari daftar belanja yang kita telah buat sebelum kepasar karena memori kita mungkin tidak mengingatnya, kita tentu mengalihkannya ke catatan dengan bantuan pena ke selembar kertas, atau ke media lain yang cocok untuk menggoreskan tinta pena.
Kalau kita analogikan, pena ibaratkan sebuah flashdis, yang menjadi tempat penyimpanan untuk membantu kita dalam mengingat-ingat apa-apa yang kita perbuat, sebab memori yang ada dalam kepala kita belum tentu mampu mengingat semua yang kita lakukan sehingga dapat disimpulkan bahwa pena adalah hal yang amat penting dalam kehidupan kita sebab tanpa pena, kita tidak mampu berbuat banyak, mengapa? Jawabannya adalah sebuah gambaran berikut jika kita memiliki selembar kertas, kita tentu masih membutuhkan sebuah pena , tanpa kertas tetapi kita memiliki sebuah pena kita masih mampu untuk melakukan berbagai hal termasuk mengalihkan informasi yang sudah tidak memperoleh tempat di otak karena kemampuan otak terbatas.
Informasi dapat dialihkan ke beberapa media dengan bantuan sebuah pena yaitu dialihkan ke telapak tangan, atau ke sebuah kayu, atau ke sebuah batu. Hal-hal seperti ini, sering dilakukan oleh nenek moyang kita yaitu menulis diatas sebuah batu tentang sebuah peristiwa yang dikenal dengan istilah prasasti. Yang kemudian dipajang untuk dilihat oleh khalayak ramai.
Sebagai akhir dari tulisan ini, saya akan tutup dengan surah al-alaq “ bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari segumpal darah, bacalah dengan nama tuhanmu yang mulia, yang telah mengajarkan kepada manusia dengan perantara pena(qalam) yang telah mengajarkan kepada manusia hal-hal yang ia tidak ketahui”. Dari ayat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran sebuah pena ibarat lampu yang nenerangi dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar