Jumat, 25 Juni 2010
tidak akan menyesal
Ya!, tidak sepertibiasanya ketika sayamenemukan orang yangberbeda pendapat dengan saya meskipun itu adalah keluarga, maka ia tidak akan merespon saya dengan perlakuan yang aneh, begitu juga dengan keadaan seperti teori-teori yangsudah lama kita kenal bahwa ketika pendapatkita tidak diterima kita tidakperlu untuk memaksakan tapi kalau pendapatkita yangdiambil maka itu adalah sebuah kesyukuran kita sebagai seorang inisiator. Sangat berbeda dengan ibu dan juga adik saya Qurais yang akrabnya disapa ice. Dia selalu ingin agar apayang menjadi usulannya adalah sebuah keputusan yangharus dipenuhi okeylah kalau setiap usulan berawal darisebuah pertimbangan dan keadaan yang kemudian melahirkan sebuah ide yangkemudian dituliskan dalam sebuah usul yangdipresentasikan dalam sebuah musyawarah, diskusi, atau yanglain-lain, tetapi keputusan terpulang pada diri dari yang menerima output, kecuali dia tidakmampu untuk menemukan sebuah titikterang untuk membuat keputusan sampai sebuah keadaan mendesak barulah dilakukan sebuah penerimaan sebuah usul untuk menjadi sebuah keputusan tapi terkadang sebuah usul langsung menjadikeputusan apabila itu adalah hal yang sangatlogislah adanya. Sayakira cukup sampai disinilah proloknya maka saya langsung saja kepada apa yangakan saya angkat hari ini. Waktu harirabu malam, saya menonton sebuah iklan di Fajar TV yangmembahas tentang pengobatan mata, adik saya kembali untuk menuntut agar kembali ingin untuk menyempurnakan mata paling tidak katanya untuk menunjang mobilitas dalam kehidupan sehari-hari. tapi saya merasa hal tersebut tidakperlu untuk dilakukan karena saya rasa sudah berkali-kali membuat harapan orangtua saya tidak terpenuhi. Menurut saya dengankondisi yangsaya alami sudah sangat membuat saya enjoy, tapi itulah perspektif yangberbeda ditambahlagi dengan ego seorang yang selalu ingin memaksakan perspektifnya, tapi ia tidakbijak terhadap apa yangtelah menjadi pertimbangan dan keputusan saya yang telah sayajalankan selama ini. adik saya adalah orangyang keras, tapi itulah mungkin keadilan Allah yangtidak memberikan saya kekuatan untuk selalu mengandalkan fisik dalam menyelesaikan masalah karena saya selalu menggunakan akal/rasio, perasaan, dan pengendalian diri sebagai sebuah bekal yangsaya peroleh ketika saya masih di Yapti dan masih di organisasi, dan sangatlah berbedadengan adik saya yangselalu berada didunia yangkeras, sehingga lingkunganlah yang membuat dirinya sangat keras, setelah saya menyampaikan alasan saya dalam diskusi tersebut, dalam tanggapannya ia menghujat saya dengan fakta-fakta yang benar adanya salahsatunya ia mengatakan rezqi saya sudah tertutup karena saya tidak mau patuh pada kedua orangtua, ya! betul saya terkadang tidak patuh kepada mereka kalau ada halyang sangat bertentangan dengan pemikiransaya, tapi seandainya saya adalah sosok yang pembangkang, maka saya sudah lama berbuat onar dan tidak mau melunak akan apa yangmenjadi keputusanyang dibuatnya, jadi saya menangkap sebuah kesan bahwa mereka tidak mau menerima kondisi saya selaku seorang anak dalam kondisi tunanetra karena mereka selalu ingin agar saya menggunakan kacamata padahal saya cuma mau beli HP yang dengan HP tersebut dapat saya akses viturnya, saya tidak mau lagi beli kacamata dengan harga yang mahal, tapi mereka tetap ngotot tapi saya bilang siap-siap terima konsekuensi karena sesuatu yangdipaksakan adalah sesuatu yang tidakbaik. Bahkan adiksaya selalu bertanya mengapa kamu tidak menyesal? dibalik pertanyaan tersebut sayapun mengatakan apa yangharus saya sesalkan? dengan kalimat penjelas adik saya mengatakan orangtua telah memberikan yang terbaik menurutnya, sayapun menjawab iya tapi itu adalah terbaik menurutnya bukan menurut saya kan yangjalani saya bukan mereka itu hanya dari sisi mereka saja tidak berbicara dari sisi saya selaku konsumen. Setelah diskusi tersebut, adik saya langsung mencari-cari kesalahan yangsaya lakukan meskipun kesalahan tersebut dapat dikomunikasikan, tapi itulah karaktor yang ia miliki karena bentukan karakternya berbeda dengan bentukan karakter saya ia dibentuk oleh lingkungan orang-orang yang mementingkan diri sendiri, berbicara dipihak pengambil keputusan dalam mengambil keputusan bukan berbicara dari sisi yang akan menjalankan keputusan, sementara saya dibentuk oleh lingkungan orang-orang yang bijak dalam menyikapi segala yang disikapinya yang kemudian membentuk peribadi saya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar