Minggu, 06 Februari 2011
memutuskan masalah dengan prinsip bukan dengan emosional
Dalam memutuskan masalah, atau bersikap terhadap sesuatu kejadian atau menyikapi kelakuan seseorang yang secara etika, berdasarkan moral, agama, hukum positif, kultur, dan lain-lain janganlah disikapi dengan emosional, tetapi disikapilah dengan betul-betul dilandasi dengan komitmen yang dimunculkan betul-betul dari dalam hatinurani yang paling dalam, sesuai dengan judul buku yang telah ditulis oleh Amelia Na'im. Untuk lebih kongkritnya tulisan ini, maka izinkan saya untuk menyampaikan contoh kasus beserta analisa penulis berdasarkan dari berbagai kejadian. Ada contoh kasus semisal ada seseorang yang menemukan sepasang mudamudi berpacaran ditaman-taman, sementara ia yang melihat kelakuan pasangan tersebut membenci secara berlebihan, bahkan emosi karena kepentingannya tidak terpenuhi dalam artian ingin berpacaran pula tapi tidak ada cewek yang naksir kepadanya, maka terkadang membenci pasangan tersebut dengan menjadikan prinsipnya sebagai kambing hitam. Hal ini, akan membahayakan, karena ia juga akan mendapatkan balasan yang lebih berat lagi dari yang ia perbuat. Sangat berbeda dengan kasus yang lain ketika dimana seseorang yang sedang duduk-duduk dengan pacarnya, dilihat oleh seorang lain, maka yang melihatnya menyikapinya dengan sikap sangat membenci tapi tidak terlalu, akhirnya iapun tidak memperoleh balasan yang lebih parah bahkan balasan akan sikapnya lebih baik karena justeru ia akan dihormati. Dari kedua contoh kasus diatas, tokoh pertama yang menginginkan agar orang tidak berpacaran dilakukannya dengan sikap yang emosional ia akan mati padahal sesungguhnya ia masih hidup. Sedangkan contoh ke2 tokoh yang menyikapinya dengan kepala dingin meski ia sangat benci dengan hal tersebut tapi malah berusaha menyadarkan pelaku terhadap langkah yang salah, maka ia akan memperoleh kehormatan, bahkan ketika sudah mati masih di ingat, sehingga ia masih dianggap hidup meski sudah mati. Itulah bedanya orang yang bersikap dengan menggunakan komitmen dari hati nurani dengan orang yang bersikap dengan menghalalkan berbagai cara demi kepentingan, bahkan berani mengkambinghitamkan prinsipnya dan didasari dengan kepentingan. Olehnya itu, hal inilah yang harus dibawah dalam kehidupan bermasyarakat, janganlah terlalu berlebihan dalam melakukan sebuah tindakan, karena berlebihan itu tidak baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar